Rabu, November 05, 2014

Lama Sudah

Oh begini rasanya, lama sudah tak menulis. Menulis blog maksudnya. Menulis untuk yang satu itu tetap lancar. Sttsss...RHS....

Ada rasa kangen merangkai kata-kata tanpa  aturan baku yang sedikit mengikat. Kata-kata terus mengalir bebas. Sekarang, saya binggung mau menulis darimana. Hahaha

Ya udah ya...yang penting tetap lanjut tidurnya, eh nulisnya....
Saat kita berhenti melakukan hal-hal yang kita sukai dan dilakukan dengan senang hati. Itu kalau kata artis dangdut yang lagunya lagi “Hits” sekarang, “ sakitnya tuh disinih”...hahaha...lebay bingits yah?

Sudah, Lupakan.

Sebenarnya bukan berhenti, hanya saja cuti alias istirahat sejenak. Mungkin ini bisa disebut dengan pengorbanan. Istirahat sejenak melakukan hal yang disenangi demi skrip.... Eh...*tutupmulut*

Sebenarnya, saya ini termasuk jenis spesies (Manusia) yang suka sekali bercerita dan mendengar cerita, apa saja. Dari hal serius sampai yang ga jelas yang bisa bikin perut mules. Hihihi. Bahkan, waktu kecil saya terbilang anak yang cerewet. Hihihi. Jadi malu. Kalau sekarang udah enggak, enggak kalah cerewet maksudnya. Upss *abaikan*. Maklumlah, ya...ibuk-ibuk *benerin jilbab*.


Kelihatannya, saya makin ga jelas. Mungkin lebih baik, saya akhiri sampai disini. Muaah...muaah...*pelukpembacasetiablogsaya*

Rabu, Juni 11, 2014

Pilihan Yang Harus Dipilih

Holla...

Akhirnya, saya bisa menyapa kembali teman-teman semuanya. Duh, senangnya...*bersihin sarang laba-laba di blog*
Tak tau saya harus nulis darimana. Bagusnya darimana ya? Dari Sabang sampai Merauke aja kali, ya?

Kata orang-orang bijaksana dan bijaksini, Hidup itu pilihan. Iya, semuanya harus dipilih. Termasuk pilihan memilih untuk tidak memilih, mungkin karena saking banyaknya pilihan, jadi binggung apa yang harus dipilih.

Ingat, ya...ini gak ada hubungannya dengan pemilihan presiden bulan depan.  Karena, saya sudah memutuskan untuk memilih, kamuu #uhuukk

Oke, kembali kepada pilihan *Muter lagu syahrini feat Anang* ( Jangan memilih akyu...bila tak sanggup setiaaa.....aaa.....)

Alkasih, eh alkisah pada suatu hari. Tapi saya lupa hari itu hari apa. Saat itu saya terburu-buru, walupun sebenarnya ga ada yang memburu. Dalam waktu 1,5 jam, saya harus agar segera  sampai di kantor pos terdekat untuk  membayar tiket pesawat, kalau tidak segera dibayarkan, tiket tersebut akan hangus. Motor pun tak ada di rumah dan emang saya ga bisa bawa motor juga. Hahaha...ciyan deh gue...-__-

Saya pun memutuskan untuk menggunakan angdes (Angkutan Desa), saat itu emang saya lagi di kampung. You know lah, ya..angdes tak sebanyak angkot yang ada di Kota Padang, yang bisa lewat tiap menit dan bisa memilih mau naik yang mana. Kalau di kampung, butuh kesabaran lebih untuk menunggu angdes lewat.

Sesampai di kantor pos, ternyata kantor pos terdekat belum bisa online untuk melakukan pembayaran tiket pesawat. Alaamaak...*tepuk jidat tetangga*. Waktu masih tersisa lebih kurang 1 jam lagi untuk melakukan pembayaran dari waktu pemesanan.
Bener-bener the power of kepepet. Secepat mungkin saya langsung meninggalkan kantor pos tersebut dan segera menunggu angdes menuju kantor pos pusat kecamatan. Tanpa perlu pikir panjang, saya langsung menaikki angdes yang lewat pada saat itu, dan mengantarkan saya sampai di tujuan.

Berhubung penumpangnya sedikit, angdes yang saya tumpangi berjalan dengan sangat lambat, sekalian menyari penumpang sih. Saya yang buru-buru, rasanya pengen nyium bapak sopir biar jalannya ngebut. Saya terus memperhatikan detak jarum jam, jangan sampai berhenti berputar. Lha?

Di tengah perjalanannya, angdes yang saya tumpangi disalip oleh angdes yang di belakang dan melaju dengan kencang. Uhfff...*tarik napas dalam-dalam*. Saya langsung menyalahkan diri sendiri sambil ngedumel dalam hati.

Iiih...Kenapa saya gak cukup sabar menunggu angdes yang tadi....udah bagus, ngebut lagi...!
Kalau naik angdes tadi, pasti saya akan lebih cepat sampai....!

Saya hanya bisa garuk-garuk muka sendiri dan terus berharap angdes ini berjalan lebih cepat. Kalau sudah begini, saya hanya berdamai dengan apa yang saya pilih.

Jarak kantor pos cabang dengan kantor pos pusat sekitar 7 KM, kalau di tempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi, bisa cepat sampai. Tapi apa daya, saya tak punya jet pribadi...huhuhu

Dan ternyata...ternyata...saat saya melewati Pom Bensin, angdes yang telah menyalip angdes yang saya tumpangi lagi ngantri di pom bensin. Saya hanya bisa bersyukur dan tersenyum lega dan bergumam dalam hati...

andai saya naik angdes yang ngebut tadi, pasti saya belum tentu sampai tepat waktu.....

Lagi...lagi...Saya hanya bisa tersenyum lega dan bersyukur sekali pada menit-menit terakhir saya bisa melakukan pembayaran tiket tersebut.

Pilihan emang selalu membuat binggung, yang bisa dilakukan adalah yakin atas pilihan yang telah dipilih. Percayalah setiap pilihan ada kuasa Tuhan di dalamnnya. Tsaah *sok bijaksana dan bijaksini*.
Sekian dan aura kasih...:D

Jumat, Maret 21, 2014

Yang Penting Nulis

Iseng-iseng mengubek-ngubek postingan lama yang udah lama gak diperhatikan. Senasib dengan mantan..majikan. Akhirnya, mereka pun berhasil mencuri perhatian saya. Bener-bener membuat saya malu ama diri sendiri dan bertanya kepada diri yang alfa ini.

Kok bisa saya menulis begitu ya?
Iih..parah banget tulisannya..! 
Siapa sih yang nulis begini? Bikin malu dunia persilatan aja.*nampar-nampar pipi*.


Ini serius teman’s

Betapa banyak kesalahan yang saya dalam menulis. Jaman sekolah, Bahasa Indonesia salah satu mata pelajaran yang disukai. Kadang teori emang gak semudah mempraktikkannya. Dan terlalu banyak menghafal teori, kita tidak pernah tau salahnya dimana.

Gak perlu jauh-jauh mengubek-ubek postingan saya yang lama. Ini saya kasih lihat contoh tulisan terparah yang pernah saya buat. Hahaha *ngumpet di balik bantal*.



Tulisan itu dengan bangganya saya publish di blog. Gak tau malu bin malu-maluin banget kan, saya?. Hihihi.
Anak esde aja, pasti bisa mengoreksi kesalahan tulisan saya diatas.

Dulu..iya dulu..tulisan itu sudah terlihat keren dan oke buat diposting di blog. Semakin banyak belajar dan makin banyak makan tau, membuat saya merasa tulisan saya gak kalah jeleknya dari tulisan anak es-de. Hiks.

Mungkin itu lah yang disebut menulis itu proses. Proses membuat salah dan terus belajar.
Semangka Water Melon..Keep Writing...Ting..*kedip-kedip*.



Jumat, Maret 07, 2014

Maju Kena Mundur Kena

Sekarang udah tanggal 7 bulan 3 aja, ya? Bulan baru sudah lewat, dan saya belum menulis postingan baru di blog. Halaah..keliatan kalau saya pemala....*teks hilang*

Saya adalah makhluk tuhan yang paling sexy..suka banget bercerita. Kadang  ada aja yang mau diceritain. Walaupun ujungnya, suka tertawa gak jelas. Kadang menertawakan diri sendiri. Hahaha *mulai gila*

Saking suka cerita pake bingit *ngikut gaya ABG*, saya lupa darimana memulai ceritanya. Hasyeemm...*dilempar galon*.

Kalau kamu duluan yang cerita gimana? *kedip-kedip brondong* *ganjennya kumat*.
Begini ceritanya...


Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba angkot yang saya tumpangi bisa terbang dipukul dari belakang..
Prok..prok..
bukan..bukan...pokoknya ya gitu deh bunyinya...

Saya yang lagi asyik curi-curi pandang ama pak sopir menikmati makanan yang dijajakan pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang jalan. Emang bikin lapar mata. Perut saya melambai-lambai minta diisi *itu perut apa nyiur ya?*

Angkot yang saya tumpangi sudah cukup lama terjebak macet di pasar raya. Angkot belum bisa bergerak dan segera move on. Masih ngetem disitu-situ aja. Sampai-sampai saya jenggotan. Ibaratnya, seperti  seorang yang sudah putus dengan pacarnya, tapi belum bisa melupakan kenangan indah bersamanya. Pedihhh..*nangis darah*

Setelah di pukul beberapa kali, angkot maju sedikit ke depan. Sepertinya nyari tabrakan beruntun dan mengenai angkot yang di depan. Mendadak, langsung saja sopir angkot yang di depan keluar dan marah-marah. Saya menjadi terkejut. Kayaknya si bapak sopir itu lagi dapet deh..sensitif amat jadi orang, amat aja gak sensitif.

Biar gak susah mikirnya. Kita sebut saja mawar, nama abang sopir angkot yang saya tumpangi. Sopir angkot yang di depan saya, melati. Abang sopir angkot yang dibelakangnya, sebut saja Anggrek. Jadi, posisi angkot yang saya tumpangi berada di tengah-tengah. Antara angkot abang melati dan abang anggrek. Kebayang kan? Enggaakkk...Grrrrr....

Karena, angkot abang mawar sudah dipukul dari belakang. Bang mawar sedikit memajukan angkotnya ke depan. Saya kurang tau persis gimana kejadiannya. Sepertinya, angkot bang mawar sedikit mengenai angkot bang melati. Tergores sedikit. Dan..dan..bang melati langsung membuka pintu angkotnya, langsung keluar dan menghampiri bang mawar.

Bang melati langsung marah-marah gak jelas. Kayak mau ngajak berantem. Syukur bang mawar gak cepat naik darah, dan tetap bisa kalem walau diajak berantem..assiikk...

Saya yang berada di dalam angkot udah parno duluan, jangan sampai bang melati dan bang mawar main jambak-jambakan mirip ibu-ibu komplek.
Andai saja, bang anggrek bisa sedikit bersabar di tengah kemacetan. Tentu saja ini tak kan terjadi. Sudah jelas macet, malah pengen jalan duluan. semut aja numpang lewat susah. Apalagi gajah. Lha??


Sepertinya, kemacetan dapat menganggu kelabilan ekonomi emosi seseorang.

Jumat, Februari 28, 2014

Kerinci, Pulang Untuk Kembali Lagi



Bagaimana rasanya, jika di tengah perjalanan kita diharuskan pulang?
Perjalanan yang telah dipersiapkan sebelumnya. 
Perjalanan yang sudah dibayangkan, bahagia diakhir ceritanya, walaupun tak selalu. Yang penting bisa pamer foto terbaru. Hahaha

Semua itu berhenti oleh sebuah kata, pulang. Ada rasa tidak terima di dalam hati. Pulang tak selalu jadi akhir dari setiap perjalanannya.
Begitulah yang saya alami dan dirasakan sampai ke lubuk hati. Sebelum menginjakkan kaki di atap sumatera pada ketinggian 3805 Mdpl. Kita semua, Bang Jamie, Bang Ayub, Mister Sergey, Kak Sari, Kak Yandhi, Karina, Kak Aan, dan Randa, memutuskan untuk pulang dan turun dengan indah dari shelter 2. Walau agak sedikit nyesek. Tapi kita harus pulang. Harusss..

Sepanjang jalan turun, saya sudah menerka-nerka dan membayangkan gimana reaksi orang-orang yang mengetahui saya menanjak Gunung Kerinci, dan diserbu dengan beberapa pertanyaan yang bisa membuat hati mimisan.

“foto di puncaknya mana ne?”
“lha, kok gak sampai puncak?”
“aduh..kasihan banget, ya..gak sampai puncak!”
*mendadak asah golok*
Selalu ada alasan disetiap keputusan.

Badai membuat kita memilih untuk turun dan pulang. Ini bukan waktunya untuk gagah-gagahan  melawan kekuatan alam.
Badai selalu mengiringi dan mengikuti langkah perjalanan kita dari awal pendakian. Namun kita mencoba untuk tetap positif thinking, badai pasti akan berlalu. Iya..berlalu..tapi saat kita udah sampai di bawah. Nyesek Broo..!

Saat bermalam di pos 2 pendakian Gunung Kerinci, tengah malam badai bertiup dengan kencangnya. Saya yang lagi berusaha untuk menganyam bulu mata jadi takut sendiri. Takut..kalau pepohonan di sekitar kita pada tumbang, dan menimpa tenda kita. Suara berisik dari ranting dan dedaunan pohon, menambah level ketakutan saya *peluk carrier*.

Masih berharap badai segera berlalu, kita tetap pada tujuan kita dan meneruskan pendakian kita. Mungkin karena kebanyakan ngarep kale, ya? Makanya, bikin nyesek.

Medan yang semakin lama menanjak dan menantang, membuat nafas saya tersenggal-senggol (bahasa apalah saya ini), pokoknya ngos-ngosan mirip teroris yang habis dikejar Densus 88. Suhu yang dingin dan tiupan angin, membuat ingus mengalir dengan indah dari sarangnya. Jika terlalu lama istirahat, dingin makin terasa sampai ke tulang.

Angin masih tetap mengiringi langkah kita. Gak capek apa, ngikutin kita terus!.  Makin ke atas, pepohonan rimbun makin berkurang. Tiupan angin makin terasa, bawaanya ingin segera memeluk kompor. Sepanjang jalan sudah banyak ranting-ranting pohon yang patah, pepohonan makin bergoyang sana-sini mirip goyang Caisar. Jadi, kita harus lebih hati-hati saat melewati pepohonan.

Hari semakin sore, tenaga dan kekuatan kita makin menurun. Kita semua terpisah jadi kelompok kecil. Saya yang mirip kuli angkut pasar ini, melangkahkan kaki aja udah satu-satu (kalau sekali dua pocong donk!). Hanya semangat yang masih tersisa untuk sampai di shelter 2. Semangatt..*kuatin ikat kepala*.

Bahkan, sampai-sampai saya terjatuh karena gak kuat berdiri lama, ditambah hembusan angin yang kuat. Saya memilih menjatuhkan diri ke tanah, daripada diterbangkan angin, trus nyangkut di pohon. Tidaaakk..

Melihat saya udah mirip suster ngesot, Kak Aan yang berada di belakang saya, langsung ketawa. Dan kita ketawa bersama biar penat tak terlalu terasa. Ahahaha...

Sejak mulai menginjakkan kaki di shelter 2, sampai malam harinya. Angin tak henti-hentinya bertiup. Kita yang dibagi dalam 3 tenda, memilih masuk dalam satu tenda. Susunan dalam tenda udah mirip ikan sarden yang siap dikirim dan dijual.
Malam itu, saya sudah gak memikirkan lagi untuk muncak dan ngejar sunrise  dan udah gak banyak berharap. Saya hanya bisa, ngurut kaki aja. Capek euy.. Woless Mbak Bro..woless..!!

Mungkin lebih baik saya bobok cantik aja deh di tenda. Angin yang begitu kencang, bahkan frame tenda milik randa patah. Menurut Bang Jamie, yang sudah gak terhitung berapa kali menginjakkan kaki ke gunung ini, se umur-umur  badai kali ini emang dahsyat. Lebih dahsyat dari dahsyat RCTI.

Ada benarnya juga pepatah “ tak kan lari gunung dikejar”, tapi saya yang suka lari..lari dari kenyataan. Berhubung Sergey dan Karina dari Rusia dan Bang Ayub dari Pekalongan, mereka memutuskan untuk tetap muncak dengan beberapa pendaki lainnya. Kasihan udah jauh-jauh kesini.
Sekitar pukul 03:00 pagi, Bang ayub mengendor-gendor tenda kita, meminta sumbangan mushala makanan buat bekal di perjalanan.

Trus yang gak muncak, ngapain?
Ya..sisanya, memutuskan bobo cantik dan melanjutkan mimpi, moga-moga aja mimpiin udah nyampe di puncak sambil memegang bendera merah putih, karena udah gak kuat lagi..nyerah..nyerah bro..!

Kita hanya berharap dan mendoakan, mereka yang muncak baik-baik saja.
Paginya, sekitar pukul 07:00 pagi lebih kurang, rombongan yang ikut muncak termasuk Sergey, Karina dan Bang Ayub kembali ke tenda. Beritanya, mereka gak sampai ke puncak. Makin ke atas badainya makin kuat karena tidak adanya vegetasi. Bahkan batu-batu pada berterbangan.

Jadi, gak ada alasan lagi untuk tidak memilih segera pulang. Badai bukan untuk dilawan. Tapi kita harus melawan ego yang ada di dalam diri kita, untuk segera turun dan pulang. Jangan sampai kita mengikuti ego diri sendiri, dan pada akhirnya akan mencelakakan diri kita sendiri. Nah lhoo?? Setidaknya kita semakin menyadari, bahwa kita manusia memiliki kekurangan. Sekuat-kuat manusia, pasti ada batas kekuatannya. 

Walau saya gak sampai puncak dan cuma numpang tidur cantik di gunung. tapi pendakian kali ini saya cukup ngambil hikmahnya saja. Bahwa alam itu bukan untuk ditaklukkan..keselamatan juga harus diperhatikan. Serta saya semakin menyadari, saya bukan apa-apa dibandingkan dengan ciptaan Tuhan dan kekuasaanya.
Yang penting, saya dan kak Aan mencatat rekor muri, karena berhasil BAK dan BAB dari ketinggian. Hahaha

Biar pun, kita semua memutuskan pulang. tapi pulang bukan akhirnya dari segalanya. Sergey, Karina dan Randa pulang untuk melanjutkan perjalanannya lagi ke Danau Gunung Tujuh. Bang Ayub gak mau kalah, ia malah melanjutkan perjalanannya ke Danau Gunung Tujuh dan Gunung Talamau, gunung tertinggi di Provinsi Sumatera Barat. Dan saya pun ikut pulang ke pangkuan guling tersayang.


*langsung pasang lagu Sheila on 7*

Aku pulangTanpa Dendam
Ku terima, kekalahanku.
..
huhuhuhu
Penampakkan dari shelter 2



Team Badai 
Photo By Sergey



Rabu, Februari 12, 2014

Diskon oh Diskon

Punya tampang pas-pasan kayak saya ini, emang suka nyesek *kaca mana kaca*. Kadang ada yang ngira pembantu, kadang ada yang bilang mirip bidadari..iya..bidadari guling-guling masuk kali..huhuhu..

Gak ada niat untuk protes kepada Sang Pencipta. Tapi..tapi..ya itu..manusia suka mempertanyakan apa yang terjadi pada dirinya. Termasuk saya, karena saya masih manusia..hehe..

Ya..kalau kita terus-terusan protes dan mempertanyakan. Kapan waktu buat mensyukurinya?
Tsaah...Sadaapp...( tumben saya ngomong bener, ya?)

Biar dikata anak gaoel Kota Padang, oleh karena itu saya memilih tempat ngadem di dalam Basko Grand Mall (emang apa hubungannya, ya?). sudah..sudah..abaiakan saja..:D

Hari itu, lupa tanggal berapa..pokoknya hari itu..sekalian ngadem saya mau belanja-belanji mirip ibu-ibu sosialita gitu.hehe.

Berhubung, wajah saya gak bisa digonta-ganti dan dibongkar pasang kayak topeng, jadi kemana-mana harus dibawa. Nasip..ya..nasip..( ingat pake B, ya Yura..)

Karena, sudah lama mengincar salah satu sepatu yang ada di sana. Kebetulan duit udah terkumpul hasil dari jaga lilin. Maka, harus disegerakan membelinya, jangan sampai diembat duluan ama yang lain.

Setelah nomor dan warna sepatunya cocok. Saya meminta, mbak-mbak SPG untuk membungkus. Dan saya diminta untuk langsung membayar ke kassa 5.

Sepertinya, si mbak-mbak SPG yang menjaga di kasir ragu, kalau saya gak bisa bayar sepatu itu. Sampai dua kali si mbak-mbak SPG bilang, “ ini gak didiskon, ya..”. Kali pertama, saya oke-oke saja. Kali keduanya, "ini gak didiskon,ya.." saya jadi gimana gitu. Tumben kali ini si mbak-mbak SPG ini cerewet. Apa karena tampang saya, tampang penggila diskon?  Iya juga sih, tapi dikit kok..asal semuanya cocok..cocok ama keuangan juga.hehe.

Walaupun sedikit gila diskon, kali ini, saya tau..kalau saya membeli sepatu yang gak didiskon..sepertinya si mbak-mbak SPG meragukan, saya bisa membayar sepatu itu. Hiks..tega-teganya..

Ya walaupun begitu..positif think aja deh..syukur, udah diingatin..saya aja yang keburu sensi..hehe..dan sepertinya saya harus sering-sering ngaca..lhaa??

Jumat, Februari 07, 2014

The Power Of Kebelet

Namanya juga kebelet, mengharuskan otak untuk bekerja lebih keras agar bisa melepaskan hasrat yang terasa. Tsaah. Jika tidak segara disalurkan, bisa membuat jiwa resah dan gelisah (saya ngomong apa ya?). 

Bahkan ada beberapa orang  melakukan di tempat yang tak biasa. Seperti, di balik pohon, di balik tiang listrik, di belakang tiang listrik, di semak-semak, bahkan di depan rumah mantan. Lha?? *mari abaikan*.

Saya adalah orang yang termasuk agak susah melepaskan perasaan kebelet di sembarang tempat. Kecuali kepepet..*lha? Itu kan sama aja, oneng..*. Contohnya lagi di atas gunung atau hutan.

Jadi kalau ingat masalah kebelet ini, saya ingin menceritakan tentang si bungsu, Mifta. Kalau saya udah ngumpul dan main sama mifta, pasti ada aja hal yang aneh kita lakuin. Walau tak jarang juga kita perang saudara, dan selalu baikkan lagi kalau udah ada makanan di depan TV. Andaikan perang di dunia bisa didamaikan dengan sepiring makanan, pasti perang gak akan berlangsung lama yang banyak menimbulkan korban jiwa dan harta.

Jadi, ceritanya begini. Mumpung lagi liburan sekolah, makanya saya mengajak si bungsu  untuk belajar ke sekolah (lha?). Walaupun kita sering cekcok dan sudah beberapa kali saya menggugat mifta ke kantor pengadilan tinggi, karena saya gak sanggup jadi kakaknya. Namun, saya juga yang sering mengajak si bungsu untuk liburan. Misalnya, kita main ke Bukittingi, untuk ngegembel di bawah jam gadang.

Keliatannya, saya makin ngawur. Mungkin karena kebanyakan tidur kale, ya..

Kebetulan waktu itu, sehabis makan sate madura di atas jembatan Ampera bertiga dengan teman saya, Kak Aan. Berhubung sudah malam dan perut sudah kenyang, kita harus segara pulang.
Dan masalah pun terjadi, ketika kita menunggu angkot untuk pulang.

“ uni..kebelet pipis..”
“ciyuss..kebelet pake banget, ya?”
“Ooh..unii...” sambil joged-joged nahan pipis
“ mau pipis dimana?, disini rame..toko semua..tahan dulu yaa..”
Mata saya bergerak liar mencari tempat nongkrong buat pipis untuk mifta. Walaupun sudah malam, saya belum menemukan tempat strategi. Orang-orang masih ramai lalu-lalang. Karena kelamaan mikir, adek saya sudah gak tahan.
“uni..kebelettt...”
“tahann...dulu yaa..disini gak ada tempat..di rumah ya..pokoknya harus tahannn..”
“iyaa uni...”

Tampang adek saya, mulai berubah aja..udah mirip ibuk-ibuk kebelet melahirkan yang air ketubannya sudah pecah. Angkot ke rumah belum lewat-lewat juga. Saya masih berharap, jangan sampai Mifta ngompol di keramaian ini. Jika itu terjadi, itu sangat mempermalukan saya yang malu-maluin ini.

Tujuh tahun kemudian...( woii..kelamaann...)

Angkot yang ditunggu datang juga. Taraa...gue langsung masuk ke dalam angkot. Saat itu dalam angkot hanya saya berdua dengan Mifta. Saya menguatkan Mifta, untuk terus menahan pipisnya, jangan sampai ngompol dalam angkot. Bisa-bisa saya dijadikan tumbal untuk mencuci angkot selama 100 tahun. Apa kata orang sekampung?


Gak tega melihat adek menahan pipis, yang mungkin udah mulai menetes dalam celana dalamnya. Daripada kelamaan menunggu sampai di rumah.  Akhirnya, saya memutuskan untuk berhenti di salah satu plaza terkenal di Kota Padang. Kita berdua langsung ngacir mencari toilet terdekat. Dalam hati saya berkata
“ adek saya keren juga, yaa..pipis aja di plaza, apalagi boker..”  ( emang boker dimana, Yura? di got kale..)
Lha?..

Kamis, Februari 06, 2014

Dan Hujan pun Turun

Hampir 2 minggu lebih, hujan tak turun menyirami hati tanah ini. Saya mendadak kesepian dan rindu maksimal mendengar tetesan hujan jatuh di atas atap (maklum,saya gak pake genteng) tik..tik...tik..begitulah bunyinya..prott..prott..prottt..itu bunyi kentut saya.

Semua menjerit kepanasan, tak terkecuali saya yang keren ini *benerin jilbab*. Hanya sekedar mengintip matahari yang bersinar dari balik selimut, efeknya membuat saya malas keluar rumah. Saya mirip cewek yang dipingit karena mau nikah seminggu lagi padahaalll...emang iya..eh TIDAAAKKK...*jodoh mana jodoh*

Cuaca akhir-akhir ini luar biasa panasnyaa..otak saya dibikin mendidih *lebay*. Saya yang lagi ikutan program pemutihan untuk diikutkan dalam ajang miss understanding, harus mikir 100x untuk keluar rumah.

Beda banget dengan di Pulau Jawa yang kelebihan air, sampai banjir. Bener-bener pemandangan yang kontras.

Saya bener-bener merindukan hujan. Seperti cewek yang LDR-an ama cowoknya, yang berharap sekali segera bertemu dengan pujaan hati. Tsaah...Sadaappp..

Harapan saya terwujud. Lewat tengah malam, saya lupa pukul berapa, dan ngak ngecek jam. hehe. Dan hujan pun turunnn...adem sekalii...saya yang sudah LDR dengan selimut beberapa minggu ini, tiba-tiba menarik selimut kembali.

Tak terbayangkan jika saya tinggal di negara yang mempunyai musim panas yang panjang. Mungkin bisa membuat saya mengurung diri dalam kamar. Ternyata, masih ada hal yang membuat saya untuk bisa bersyukur lahir di tanah ini..:D.


Dan..saya bingung mau nulis apa..ini ada bonus dari saya..dengarin aja  lagu ini yaa..;)

Kau keluhkan dingin malam yang menusuk hingga ke tulang
Hawa ini kau benci
Dan kau inginkan tuk segera pergi
Berdiri angkat kaki
Tiada raut riangmu di muka, pergi segera




Kamis, Januari 30, 2014

Kena Batunya

Huaa..ternyata sekarang adalah hari terakhir proyek menulis dengan tema #30HariCeritaKebodohanMasaKecil. Niat hati untuk tetap konsisten selama 30 hari, gagal sudah..huhuhu *meluk galon*. Walaupun gak ikut selama 30 hari penuh, gue merasa senang bisa ikutan. Setidaknya, gue ada kemajuan di tahun 2014. Biasanya tiap bulan, gue gak pernah posting tulisan lebih dari 6 buah. Dengan ikutan proyek nulis bareng Bang @zulhaq_ dan Bang @soyidiyos, bulan ini, gue berhasil posting 13 buah tulisan. Horraaiii..Kamu berhasil..kamu berhasil..*niru gaya dora*.
 Ternyata, gue berhasil mengalahkan rasa malas gue dengan alasan gak ada waktu dan seribu alasan lainnya. Tak lupa gue mengucapkan terima kasih buat Bang Zulhaq dan Bang Soyid *sungkem dari jauh*. Lain waktu bikin proyek nulis lagi, ya bang..:D

Kayaknya gue udah keluar dari sumur topik ne, tak masalah, kalau malas baca..skip aja..salam damai..:D

Biasanya, kalau Papa dan Gue mendadak kurang kerjaan dan binggung mau ngapain. Kadang ada-ada saja yang dilakuin. Papa termasuk orang yang usil, kadang adek-adek gue bisa dibikin nangis atau ngambek kayak mbek.

Entah kenapa, adek cowok gue satu-satunya gak pernah bisa tidur lewat dari pukul 10 malam. Jam 9 sudah berenang di atas kasur ( lha? Adek lu ikan apa manusia sih, Yura?). Beda banget ama gue. Kalau saja begadang gak ada efek negatifnya, mungkin gue bisa terus-terusan begadang.

Berhubung malam-malam gak ada kerjaan, dan sasaran yang paling empuk adalah adek gue. Gue dan Papa langsung beroperasi ketupat. Hal yang pertama kita ambil adalah, garam. Ingat bukan garam halus, ya..biasanya gue terjun langsung ke dapur untuk mengambil garam kasar. Lalu, garam diikat dengan benang 
(mau bikin layang-layang atau ngapain? ). Ya..kalau si adek tidurnya mangap, kita akan masukkan benang ke mulutnya. Angkat..tarik..angkat lagi..tarik lagi..sampai si adek ngamuk atau nangis dan ngadu sama Mama. Hihihi.


Bukan garam saja yang digunakan. Kadang, gue suka pakai arang yang menempel di pantat kuali trus dibikin kumis atau dicoret ke pipi. Bangun pagi, langsung shock liat muka sendiri.  Walaupun begitu, gue juga sering kena batunya, karena ulah gue. Maka dari itu..Waspadalaahh...

Rabu, Januari 29, 2014

Taksi VS Bendi

Niat hati ingin bertahan untuk fokus ngeblog selama 30 hari, tapi apa daya tangan tak sampai (lha?? Ngomong apa gue ini..?). Daripada memusingkan gue, yang semakin hari semakin gak jelas, lebih baik baca aja tulisan yang tak sempurna ini..

Ada yang pernah dengan kata Bendi? Kalau udah, ya udah diam aja ( lha?? Kok mendadak sewot gini sih?).  Daripada penasaran tingkat buyut dewa, biar gue kasih tau. Bendi itu nama lain dari Delman dan sepupunya *lha?*. Kalau di Padang, disebut Bendi.

Jadi ceritanya begini...

Berhubung, gue dari kecil udah punya bakat jadi orang kaya. Asseek..Doain ya teman-teman..biar jadi orang kaya beneran. Yang penting bukan dari hasil dari korupsi, tapi usaha sendiri..;)

Kalau udah masuk jadwal liburan, gue dan adek suka berlibur ke Kota Padang. Maklum, kita sekolah di kampung. Biar gaul dikit, makanya kalau liburan main ke kota. Hehe.

Saat sampai di terminal bus, kita harus naik angkutan umum lagi agar sampai di rumah nenek. Bisa naik angkot, taksi, atau bendi. Dan biasanya, saat memilih naik apa ( naik naga indos*ar aja..!! ). Saya jadi heboh sama adek.  Saya lebih memilih naik taksi, sedangkan si adek minta naik bendi. Mama Papa jadi rempong karena ulah kita. Hehe.

Saya suka naik taksi, karena cepat, pakai AC dan kursinya empuk bonus kalau pak sopirnya ganteng ( aduuhh..Yura..kecil-kecil udah ganjen..ckckck). Kalau naik bendi, udah lama nyampe, sempit, dan kursinya kurang empuk. Walaupun begitu, Bendi termasuk transportasi yang ramah lingkungan.


Jadi, untuk mensiasati biar tidak terjadi perang saudara diantara kita. Ketika barang bawaan Mama banyak dan sudah kemalaman di terminal bus, kita memilih naik taksi. Kalau gak, baru deh naik bendi. Hihihi.

Selasa, Januari 28, 2014

Maafkan dakuw, Yam...

Walaupun gue masih kecil, tapi gue sudah diajarin Mama untuk belajar membersihkan rumah. Mulai nyapu, ngelap dan ngepel. Ditambah kesibukkan Mama mengajar, jadi sebagai anak yang paling keren sedunia gaib, kata tetangga gue. Gue harus membantu pekerjaan rumah Mama.

Dan yang paling gak gue suka adalah lantai yang sudah bersih dan wangi, baru beberapa menit dibersihin tiba-tiba kotor kembali. Itu bisa bikin naik darah dan gue berubah menjadi hulk. Sadis Bro!!

Kalau itu orang, udah gue cerewetin sampai mulut gue berdarah-darah. Kalau itu hantu, gue langsung ngambil langkah seribu lima ratus. Takuutt Mak. Dan kalau itu hewan, gue uber-uber sampai berhamburan keluar rumah.

Berhubung Mama suka melihara tuyul ayam, jadi di rumah ada beberapa ekor ayam. Kalau udah siang, ayam-ayam dilepas dari kandang dan mereka bebas berkeliaran sekitar rumah. Bahkan suka masuk ke dalam rumah. Bahkan dia berak di lantai, trus bisa masuk kamar juga. Rempong banget kan?

Jadi, setiap ayam yang masuk rumah, gue uber-uber sampai keluar rumah. Saking kencangnya gue berlari nguber anak ayam sampai ke luar, malang tak dapat ditolak, tanpa sengaja gue menginjak anak ayam.Maafkan gue Yam..

Gue merasa berdosa banget telah menginjak anak ayam yang lagi lucu-lucunya. Gue menyaksikan saat si anak ayam meregang nyawa. Sumpah, gue sedih banget. Huhuhu. Ayam..maafkan dakuw...huhuhu *tissu mana tissu*.

Jumat, Januari 10, 2014

Jalan Kaki? Siapa Takut

Ternyata, gak kerasa sudah 10 hari aja gue ikut proyek #30HariCeritaKebodohanMasaKecil Sepertinya ini rekor menulis terbanyak gue menulis selama ngeblog, dalam kurun waktu 1 bulan.
Daebak..

Walaupun gak tiap saat di depan laptop. Kartu untuk modem mendadak rusak, terpaksa memanfaatkan Wifi kampus. Tak apa. Kalau ada niat, pasti bisa *sok bijak*. Semoga gak ada yang illfeel sama gue, gara-gara kisah masa kecil gue yang sedikit absurd. Yang penting jangan takut, gue gak gigit kok. Cuma mengongong doank (??)

Kali ini gue menceritakan keanehan gue, yang makin hari makin cantik aneh. Pernah gue disuruh Mama untuk ke rumah saudara Nenek, yang jaraknya sekitar 1 Km lebih kurang. Kebetulan di sana, ada acara syukuran. Sepulang sekolah, gue disuruh datang ke sana, karena di rumah sudah gak ada orang.

Mandi udah, ganti baju udah, nyalon udah (?). Akhirnya gue berangkat berdua dengan sepupu gue, Riza. Sebelumnya, Mama udah meninggalkan uang untuk ongkos naik angkot nanti. Dengan gagah berani, kita melangkahkan kaki dan mengayunkan tangan.

Karena jarak rumah saudara Nenek lumayan jauh. Apalagi gue masih kecil. Sebaiknya emang bagus naik angkot. Tapi..kita milih jalan kaki. Apaaa?? Jalan kaki?? ( Iya..iya..tidak..tidak..bisa jadi..bisa jadi..)
Entah kenapa, gue juga heran, kenapa gue seperti itu? *pukpuk diri sendiri*.

Antara rasa malu dan takut. Malunya, ntar pas kita masuk ke dalam angkot, penumpang angkot pada liatin dan plotin kita, padahal tampang kita imut habis. Iya, imutnya udah habis. Takutnya, jangan-jangan kita nanti diculik trus diekspor ke arab, sampai di sana kita dijadikan tukang mandiin unta. WHAATT??

Mama hanya bisa geleng-geleng kepala, disuruh naik angkot malah milih jalan kaki. Apalagi jalan kakinya siang hari. Panasss oiii.. Maklumlah, kita kan Down to earth..(Pliss..artikan apa yg gue tulis, gue gak ngerti apa yang ditulis), jadi gak level naik angkot..(lha??).


Kamis, Januari 09, 2014

Aneh Tapi Nyata

Dikenal sebagai anak yang gak bisa diam dan aktif. Gak bisa gue pungkiri. Walaupun gue anak perempuan Mama satu-satunya, ya..sebelum adek nomor 3 dan nomor 4 lahir. Hehe.

Kalau bermain dengan teman-teman, gue lebih suka melakukan sesuatu daripada duduk cantik. Kayak manjat pohon, berlari-larian, main di sawah, nangkap ikan dalam lumpur, dan masih banyak kerjaan gue lainnya. Makanya, kulit gue dari dulu sampai sekarang gak bisa putih. Bisa putih kalau kulit gue diamplas. lha??

Saking gue hebohnya, sampai tidur aja gue heboh. Suatu kenangan, yang gak dilupakan kakek tentang gue, yaitu, waktu gue tertidur bareng kakek. Apaa? Saat mau tidur, kepala kita sudah sama-sama di atas bantal masing-masing. Dan beberapa jam kemudian, kepala gue yang tadinya di atas bantal, sudah berganti dengan kaki. Oalaah....

Gue suka gak percaya, kok bisa sih? Masak gue kayak gitu? Kalau dipikir-pikir, gue jadi binggung sendiri dan bisa-bisa gue mati berdiri di atas Jam Gadang.  Kasur yang udah sempit, kalau dipakai buat tidur berdua. Gimana caranya gue bisa muter posisi tidur?

Setelah banyak korban menceritakan keanehan gue selama tidur, baru gue percaya gak percaya. Mama ikut membagi pengalamannya, waktu gue tidur dengan Mama, kaki gue suka tiba-tiba menghimpit kakinya. Sampai kaki sakit yang luar biasa. Mama menyebutnya dengan naik betis. Setelah itu, Mama selalu mikir kalau gue meminta tidur bareng. Mama lebih milih enakkan tidur bareng guling daripada gue. Huhuhu.


Rabu, Januari 08, 2014

Onyet, Jangan Pergi

Jujur, gue emang kurang suka memelihara hewan. Apalagi hewan yang banyak bulunya, kayak kucing, anjing dan monyet. Kena bulu-bulunya, bisa bikin gue bersin-bersin. Walaupun hewan tersebut terlihat menggemaskan dan lucu. Di rumah gue, pernah ada kucing. Tapi gue gak terlalu memberikan perhatian lebih, seperti memeluk atau menggendong sana-sini. Yang penting, gue gak lupa memberi makannya.

Suatu hari, kakek gue diberi seekor monyet oleh temannya. Dan otomatis di rumah gue ada monyet. Monyet ini mempunyai keahlian mengambil buah kelapa. Jadi, Mama gak perlu repot-repot nyari atau membeli buah kelapa. Rata-rata di kampung gue, monyet mempunyai keahlian mengambil pohon kelapa. Iya, si monyet harus dilatih dulu.

Cukup lama  si onyet tinggal di rumah. Tapi gue masih takut dan gak terlalu suka melihat dia. Ketika onyet sakit dan pergi untuk selamanya, baru gue menyadari, gue ikut merasa kehilangan. Saat onyet sakit, ia tidak seaktif dulu dan hanya berdiam diri di kandang. Gue pengen teriak, mana onyet gue yang dulu?? Manaaa?? Huhuhu

Kakek berusaha memberi onyet obat, biar cepat sembuh. Tapi takdir berkata lain. Saat hari terakhir onyet hidup di dunia, gue sempat menatap matanya. Gue mengintip dibalik jendela. Mata gue berkaca-kaca pengen nangis, tapi gue masih berharap kesembuhannya. Melihat matanya, ia juga gak mau meninggalkan kita. hikshiks

Gue gak kuat untuk melihat ia langsung karena gue belum sanggup kehilangan dia. Dia juga berjasa mengambilkan buah kelapa muda untuk gue. Tapi, apa dikata..sore harinya, onyet pergi meninggalkan kita semua. Huhuhu.

Kadang, kita bisa tau berharganya sesuatu, setelah kita kehilangannya. hikshiks

Selasa, Januari 07, 2014

Lariii...Ada Hantuuu

Mungkin karena keseringan nonton film horror waktu kecil, akibatnya, gue menjadi penakut. Apalagi dalam gelap. Mendadak lampu mati di malam hari, gue bisa histeris. Kalau PLN ngasih tau dulu sebelum mematikan listrik, gue gak akan histeris ketakutan.

Jujur, gue akui, gue sangat takut gelap. Udah besar gini, kalau mendadak lampu mati pas saat nongkrong cantik di toilet, gue bisa teriak-teriak dan nangis manggil nama Mama sampai 7 oktaf. Iya, gue bener-bener gak malu ama umur. Tampang boleh imut, tapi penakut. Huuu...

Sejak mulai mengenal horror dan cerita angker bin seram dari teman-teman. Gue menjadi anak yang penakut. Gue termasuk anak yang  suka mengkhayal. Jadi, kalau ada seseorang yang menceritakan tentang makhluk gaib dan segala bentuknya. Gue langsung membayangkannya, dan bayangan-bayangan tentang makhluk gaib itu akan terus menghantui sampai beberapa hari ke depan..

Sebagai anak yang keren tiada duanya. WHAATTT??. Sudah..sudah..jangan pada protes, ya..kenyatannya emang gak begitu, kok. *nyegir kuda ompong*. Daripada protes, lebih baik dengarin cerita gue, deh. Kali aja, kalau cowok yang baca ini, bisa kesemsem sama gue *uhuuk*.

Jadi, waktu gue kecil dulu, jadwal mengaji gue sering malam hari. Gue mengaji di Surau tak jauh dari rumah. Selesai mengaji sekitar pukul 9 malam. Kebetulan, hari itu, adek gue gak ikutan ngaji. Jadi teman pulang gue gak ada.

Maka, dari itu, Papa yang akan menjemput gue. Selesai mengaji, berhubung gue anak baik-baik. Jadi harus segera pulang. Nanti gue telat bangun ke sekolah. Kebetulan juga, banyak teman-temang gue gak ikut mengaji ke surau. Jadi, gak ada teman untuk pulang bareng.

Mukenah dan Al-Qur’an sudah masuk ke dalam tas. Gue langsung cabut meninggalkan surau. Gue duduk gembel menunggu Papa di persimpangan arah ke rumah. Saat itu, listrik belum mengalir sampai ke rumah gue. Ciyan banget gue ya?. Mungkin karena, gue sering nunggak bayar listrik, kale!. Jadi, jalan ke rumah gelap pake bingits ( ketularan, niru bahasa anak jaman sekarang).

Karena kelamaan menunggu. Papa belum juga datang. Gue mencoba memberanikan diri untuk pulang sendiri. Baru beberapa langkah berjalan, dari kejauhan, gue melihat bayangan putih terus bergerak mendekati gue. Tanpa pikir panjang, gue langsung kabur naik naga Indos*ar  menuju surau.

Melihat gue kembali ke surau. Beberapa teman gue masih asyik bermain di luar surau, pada heran. Kok gue kembali ke surau?. Dengan santai gue, menjawab “ Papa belum datang menjemput”. Padahal, gak gitu. Hehe.
Tak berapa lama kemudian, Papa datang menjemput gue ke surau. Dan Papa bertanya

“ Tadi kenapa lari-lari?”
           “Takut” jawab, gue datar.

Papa hanya senyam-senyum gak jelas. Sampai di rumah, Papa bercerita kepada semua. Kalau gue kabur, pas mau dijemput. Jadi..jaa..di..bayangan putih yang gue lihat itu, adalah Papa. Tidaaakkk...

Saat itu, Papa memakai kain sarung berwarna putih kotak-kotak. Dan Papa menyelimuti badannya dalam kain sarung. Mirip bapak-bapak ngeronda gitu deh. ARGHHTTT..Gue ketipu permisa..KENA DEH..!!

Senin, Januari 06, 2014

Ada-ada Saja

Sepertinya, sejak gue brojol ke dunia ini, dalam darah gue sudah mengalir darah ke absurd-an, yang entah diwariskan dari siapa (lha?).

Sejak TK sampai menamatkan SD, gue tinggal di kampung. Jadi, masa imut-imut dan putih merah-merah, gue habiskan di kampung halaman Mama. Sekarang, rasanya gue bersyukur dibesarkan di kampung. Setidaknya pengalaman masa kecil gue, terasa menyenangkan. Hari-hari gue tidak habis di depan TV atau layar gadget yang serba canggih.

Kali ini, gue mau menceritakan tingkah gue. Diharapkan jangan sampai muntah dan telinga berdarah-darah, ya..hehe

Di kampung gue, selain penduduknya bertani, mereka juga berternak. Berternak Sapi, Kerbau, Kambing, Ayam, dan tuyul. Hal yang enggak banget di kampung adalah, Sapi dan Kerbau suka pup sembarangan di jalan. Padahal, setiap hari gue udah negur dan nasehatin Sapi dan Kerbau, jangan pup sembarangan. Udah pup sembarangan, gak pake disiram lagi. Super kebangetan banget, kan? Gak mungkin kan, gue yang beresin tai nya. Kadang, kalau gue jalan gak pake mata, tai yang bertebaran di jalan suka terinjak oleh kaki gue yang mulus ini. Gue jadi kepikiran untuk memakaikan mereka popok bayi, biar tai nya gak berserakan dimana-mana.

Namun gue tak terlalu mempermasahkan, namanya juga binatang. Harap dimaklumi. Jadi yang suka pup dan pipis, itu tandanya sama dengan.....  
(silahkan jawab sendiri). Hehe

Melihat tai sapi dan kerbau yang bertaburan...eh..bertebaran di jalan. Ide gue muncul, untuk memanfaatkan berak sapi dijadikan sebuah karya seni. Selain gue punya air seni, gue juga punya jiwa seni yang harus disalurkan biar tidak tertelan siluman eh..jaman.

Sehabis pulang sekolah, biasanya gue janjian ama teman-teman untuk main bersama. Kalau udah ngumpul. Ada-ada aja kerjanya. Salah satunya, menghias tai sapi dan kerbau. Tai mereka berbentuk bundar mirip bakpao, lembek dan berwarna hitam kehijau-hijauan, pokoknya gitu deh, yang pernah liat, pasti kebayang kok. Hihihi. Binggung juga, jelasinnya. Cukup bayangin aja. Hahaha.


Setelah memilih tai yang oke untuk dijadikan sample, gue bareng teman-teman mulai menghias. Diatas permukaannya, kita beri batu bulat, tuk menandakan kedua mata, dan batu agak sedikit lonjong untuk hidungnya, tak lupa disusun batu-batu kecil membentuk bibir. Ini belum selesai Sob..! tak lupa, kita mengambil bunga dan dedaunan untuk aksesoris, biar makin keren. Selain membentuk wajah, kita juga membentuk kue. Kereaktif, kan kita?? TIDAAAKKK...itu namanya kurang kerjaan..

Minggu, Januari 05, 2014

Yura Mendadak Hilang

Namanya juga anak kecil, pasti ada aja tingkahnya. Termasuk gue. Iya gue. Siapa lagi..anak Mama paling absurd gitu lhoo..-_____- *gitu aja bangga*.
Karena ulah gue yang suka berbeda dengan anak-anak lainnya. Karena itu, gue berhasil bikin sekeluarga panik. Maaf ya Ma..

Jadi, ceritanya begini. Entah ada jin apa yang merasuki tubuh gue yang keren ini. Sehabis mandi sore, gue ketiduran. Mungkin karena kecapekan habis mandiin gajah Thailand.

Tau gak gue ketiduran dimana? Gue ketiduran di bahu personil One Direction. Sumfeeh..gue ngarang habis. *disorakkin fans OneDirection*. Gue ketiduran dibawah meja makan. Jelas banget gembelnya gue, ya? Huhuhu.

Berhubung, gue orangnya kreatif dan kereaktif. Gue mencoba mencari sensasi tuk tidur di bawah meja makan. Meja makan ini jarang dipakai, kalau ada tamu yang berkunjung ke rumah, baru deh dipakai.

Karena badan gue yang kurus begini mirip tiang listrik, jadi gue bisa masuk kebawah sana. Posisi gue tidur sebenarnya diatas kursi. Gue masuk kedalam kursi yang disorongkan ke dalam bawah meja. Jadi gue masuk dan tidur disana. Karena tubuh gue sepanjang meja. Jadi gak keliatan, ditambah lagi ketutupan ama taplak meja.

Karena gue belum ada juga nampak di rumah, padahal udah maghrib. Orang rumah pada panik nyariin gue. Sampai-sampai Mama nyanyii lagu ayu udah gak tingting, kemana..kemana.. hilangnya..si Yura?. Emang lagu itu, sudah muncul, Yura? Belumm tante...-_-

Orang rumah berbagi tugas. Ada yang nyari ke setiap kamar sampai kolong tempat tidur. Ada yang nyari ke setiap sudut rumah, bahkan Papa sampai nyari ke rumah teman-teman main gue. Ada yang nyari ke lubang tikus, kali aja gue nyasar kesana.

Syukur gak sampai dilaporkan ke polisi, kan jadi ribet. Nanti saya masuk sel tahanan, karena membuat orang rumah panik. Ampuunnn Ma...
Karena, suara ribut-ribut di dalam rumah. Sehingga membuat gue, terbangun dari tidur. Rencananya, gue akan bangun, kalau udah dicium ama pangeran berkuda poni.

Kebetulan juga, Papa menyenter di bawah kolong. Akhirnya, gue ditemukan juga. Dibawah meja dengan cantik mempesona *hueek*.. Horraiii..selamat Papa dapat hadiah payung, tangkainya doank..(eh?).
Seisi rumah pada heboh. Udah capek nyari sana-sini, ternyata gue dibawah kolong meja. Ondeh Mandeh..Hampir saja, gue dikutuk jadi malin kundang part 2.



Sabtu, Januari 04, 2014

Aliran Sesat, Tidak Untuk DITIRU

Waktu gue masih jadi janin dalam perut Enyak, gue sudah mulai diajarin shalat. Hebat kan gue? Siapa dulu pacarnya..lha??

Saat gue sudah memakai rok merah, shalat gue suka bolong-bolong kayak kambing ompong. Maklumlah, gue kan masih belajar *Pembelaan*. Subuh shalat, Zuhur enggak, Ashar lewat, Maghrib shalat, Isya ketiduran.hehe..jangan ditiru ya teman-temanss..

Kali ini gue menceritakan kejadian beberapa abad yang silam. Wah..jaman kapan itu, Yur? Jaman Dinosaurus masih bayi. Kembali ke masalah shalat. Ketika bulan Ramadhan dan sebagai muslim gue ikutan berpuasa. Sampai zuhur gue udah berbuka duluan.hehe. Ituuu kan DULUUU..sekarang udah enggak kok.

Kalau mau berpuasa esok harinya, gue harus ikutan sahur. Bangun untuk sahur itu, butuh perjuangan berat seberat mengangkat alat-alat berat. Membuka mata yang tertutup rapat beratnya minta ampun, berasa ada seekor gajah duduk cantik di kelopak mata gue. Sahur udah, shalat subuhnya belum. Sehabis sahur menunggu waktu subuh itu, lumayan menggoda untuk melanjutkan tidur yang tertunda. Setan menggoda dan merayu gue untuk tidur, karena gue ngantuk, gue tidur. Kata Mama gue, kalau ngantuk tidur, kalau lapar makan, kalau haus minum bensin PLISSS..jangan diikuti kalimat terakhir..BAHAYAAA SOB..!!

Karena mengikuti rayuan pulau kelapa *masak pohon kelapa, lu jadikan kambing hitam sih, Yur..? Habis, kalau jadiin gue, gue udah hitam dari oroknya*.

Efeknya, gue suka kebablasan dan hasilnya shalat subuh gue kelewatan. Ya Alloh, Maafkan Baim ya Alloh..Walaupun sudah berpesan pada Enyak untuk bangunin gue. Tetap gak mempan. Kayaknya gue digoda ama eyangnya setan deh! Makanya gue gak mempan dibangunin. Alasannya bentar lagi..bentar lagi..ujungnya molor sampai pagi. Hihihi.

Daripada gue bohong sama Enyak, kalau ditanya udah shalat subuh apa belum. Enyak, adalah orang yang paling susah dibohongi. Selalu saja beliau tau apa yang gue sembunyikan. Kayaknya, Enyak gue punya Indra L Brugman deh..eh salah..lidah gue keseleo..Indra keenam maksudnya..*Nyegir kambing*.

Karena gue tau, bohong itu tidak baik. Untuk mensiasati agar gue tidak berbohong. Jadi, kalau ditanya enyak, gue tinggal bilang "UDAH DONK MA..". Setelah gue semedi di bawah batang toge, gue menemukan ajaran sesat. Jika waktu zuhur sudah masuk, sebelum shalat zuhur, gue shalat subuh 2 rakaat terlebih dahulu atau gue shalat zuhur dulu baru shalat subuh. Keren kan gue? *kaca mana kaca*. Gue shalat seenak jidat tetangga. Syukur gak gue rapellin shalat 5 waktu dalam satu waktu. Ya Alloh, bimbinglah aku..

Maklum gue masih anak SD yang lucu, imut dan menggemaskan *hueekk*, baru mencicip asam garam kehidupan. Jadi, harus banyak belajar dan belajar.
Setelah gue belajar Agama tentang shalat jamak, baru gue mengerti. Shalat subuh tidak bisa digabungkan dalam satu waktu dengan shalat zuhur. Jangan dicontoh, ya adik-adik.. diseluruh Indonesia..nanti, gue didemo F*I.

Tak mengapa kita melakukan kesalahan karena ketidaktahuan, dengan itu membuat kita belajar dan tidak mengulanginya lagi. Salam super mie..*lambaikan tangan ke kamera*




Jumat, Januari 03, 2014

Awas Ada CABEEE...

Sebagai orang Padang asli, asli banget dan bukan KW-KW-an. Orang Padang biasanya identik dengan makanan yang pedas-pedas. Itu gak berlaku buat gue. Gue gagal menjadi orang Padang, karena bener-bener takut sama makanan pedas * Mama pulang gue ke Eropa..*. Tapi itu dulu, waktu gue masih unyu-unyu dan bau..(eeh?).

Mama dibikin sedikit repot karena gue. hehe. Maaf ya Ma.. Di rumah aja, Mama harus memisahkan makanan yang gak ada satupun yang berhubungan dengan cabe. Jadi, di rumah ada dua piring makanan yang bercampur sama cabe dan gak bercampur dengan cabe.

Jika berkunjung ke rumah tante atau menginap di rumah saudara, Mama selalu berpesan untuk memisahkan makanannya, biar gue bisa makan. Sampai kelas 6 SD, gue masih takut sama cabe. Kadang Mama berusaha membujuk gue untuk sedikit-sedikit makan pake cabe. Kata Mama, kalau makan sama cabe bikin kita kuat. Tetap aja gue gak percaya. Setiap hari gue kuat juga kok, kuat tidurnya.

Karena anti banget dengan cabe, sampai-sampai langganan sate Mama, tau kalau gue takut sama cabe. Jadi, kalau Mama udah ngajak gue makan sate. Gak perlu dikasih tau lagi, kalau gue ikut makan, pasti kuah satenya sedikit sekali. Mama kadang suka nanya
“emang gimana rasanya makan gak pake cabe?”
“gak gimana-gimana kok, Ma..enak kok..”
 Gue lanjut menyantap makanan, dan Mama hanya bisa geleng-geleng kepala.


Sedikit aja nasi gue bercampur dengan segala sesuatu yang ada unsur cabe didalamnya. Gue langsung mengganti nasinya. Parahnya lagi, kalau makan rendang, dagingnya gue cuci. Hehe. Tak heran, jika makanan favorit gue waktu kecil, nasi sama kecap manis dan nasi dicampur garam. Tak salah lagi, makanya gue jadi ikutan manis sampai sekarang. APAAAAA?? *Muntah beling*

Kalau di think-think sambil guling-guling diatas beling, kepala gue langsung muncul tanda-tanya besar. Kenapa, ya..? gue sebegitu takutnya sama cabe. Padahal cabe kan, gak ngapa-ngapain gue, gak pernah ngecewain gue (lhaa??). Malah cabe bisa menambah citarasa makanan *alaah..gue ngomong apa ini? Kayak pengamat kuliner aja*.

Beda banget sama gue yang sekarang, waktu kecil sebegitu anti dan menjaga jarak dengan yang namanya cabe. Sekarang, gue gak bisa hidup tanpa cabe. Kalau makan gak ada cabenya, hidup gue terasa hampa #Tsaah. Dan gue ikutan stress kalau harga cabe melambung tinggi di pasaran. Pak dan Ibuk Menteri, jangan naikkan harga cabe, ya..Karena separuh akuu..dirimuu...CABEEE...*eh salah lirik*.

Kamis, Januari 02, 2014

Lempar Dakuw, Kau Kugigit

Kalau menceritakan masa kecil, gue jadi senyum-senyum sendiri kayak orang habis menang togel berjeti-jeti. Berhubung gue termasuk tipe anak cewek yang gak bisa diam, cuma di WC aja gue bisa diam dan kalem kayak lembu (eh?).

Waktu gue kecil *emang lu pernah kecil juga, ya Yura?* sehari saja gak bermain bersama teman-teman itu, rasanya kebahagiaan gue sebagai anak-anak kurang afdol, ibarat makan sayur tanpa sayur *mulai gila*.

Ya sih, gue harus pandai-pandai mengatur jadwal main dan tugas jagain adek. Maklum Mama ngajar, jadi sebelum Mama pulang, gue mendadak berganti profesi menjadi baby sitter ngesot. Dan parahnya lagi, kalau Mama sibuk, gue main ama teman-teman sekalian ngajak adik, kadang adek gue bawaanya pengen nempel terus kayak perangko, jadi gue kapan mainnya coba? *garuk2 panci*.

Mari sejenak kita lupakan cerita di atas *atas mana, yura? Atas Monas!*.
Kembali ke es tong-tong.

jadi pada suatu hari yang cerah. Gue dan sepupu gue Aril (nama samaran) bingung mau ngapain, muter-muter kampung udah, manjat pohon jambu udah, manjat tiang listrik aja yang belum. Berhubung jadwal pulang belum masuk dan kita bingung mau ngapain.

Rencana mau godain preman kampung sebelah, tapi gue takut..takut mereka tergoda melihat pesona gue *baskom mana baskom*. Gue berinisiatif ngajak aril ke rumah main boneka (eeehh?).

Saat melewati pohon duit Sirsak. Diatas pohon itu kita melihat ada sarang tawon yang bergelantung dengan indah. Berhubung gak ada kerjaan, padahal sudah melamar pekerjaan sana-sini, tapi belum ada juga perusahaan yang menerima kita. Emang lu bisa apa, Yura? Bisa membuatmu cinta padaku..eaa..*disorakkin warga sekampung*

Karena jiwa gue ada bakat menjadi atlit lempar upil, maka gue mengambil batu dan mencoba kebolehan gue membidik sarang tawon bersama aril. Kita bergantian saling melempar batu. Lemparan kita banyak meleset, satu dua lemparan mengenai sarang, si tawon masih adem ayem dan belum menunjukkan perlawan. Kayaknya si tawon lagi maskeran, deh! Makanya, mereka belum melawan.

 Ternyata kesabaran si tawon ada batasnya juga,Tak disangka tak diduga, si tawon pun keluar dengan jurus membabi buta tanpa ampun DJ . Kita mencoba menutupi muka dan melindungi diri.
 Tapi percuma saja Sob! si tawon berhasil mencium kepala gue, sebagai bentuk kasih sayangnya. Ondeh mandeh..sakit Mak..huhuhu

 Efeknya, kepala gue menjadi benjol seketika. Sepupu gue juga dapat jatah ciuman,tapi gue lupa dicium disebelah mana. Ya udah, lupakan saja. Yang lalu biarlah berlalu, mari kita cari pacar baru (lha??).

Sejak itu gue gak mau mengusik apapun. Kejadian itu membuat gue belajar, kalau gak mau diganggu jangan ganggu, nanti kena tinju sama personil Suju.

Buat saudara-saudara gue sebangsa setanah air, dimana pun kalian berada. Jangan contoh perilaku aneh gue kalau gak mau kena batunya. Bener  kata pepatah, apa yang dituai itu yang dipetik. Jadi, kalau mau mendapatkan hasil yang baik, mari kita semai benih kebaikan juga.

Salam kuperrr…*lambaikan tangan ke kamera*