Rabu, Mei 11, 2016

Yang Pertama










Selalu ada untuk yang pertama ….

Ternyata dalam hidup kita akan selalu mengalami hal/pengalaman pertama. Mulai dari saat kita bayi mungkin bisa sampai tua nanti, kita akan menemukan dan menjalani hal pertama. 

Saat kita menjadi anak-anak, banyak pengalaman pertama yang kita jalani. Pertama kita bisa ngoceh, pertama bisa bicara, bisa telungkup, bisa merangkak, berjalan, berlari, makan, dan masih banyak lainnya dan pertama naksir kamu, iya, kamu...

 Saat kita beranjak remaja kita menjalani hal yang pertama juga, pertama masuk sekolah, pertama pake baju sekolah, Pertama naik sepeda, pertama tidak buat PR, dan masih banyak lagi lainnya bahkan sampai pengalaman bagaimana pertama bekerja, menjadi istri, menjadi ibu, sampai menjadi nenek.

Dalam menghadapi yang pertama, setiap orang menghadapinya berbeda-beda, tak terkecuali  saya.  Saat pertama masuk TK, saya diliputi dengan ketakutan. Saat ditinggal di sekolah, saya menangis melihat nenek pulang. Saat itu saya merasa dunia seolah mau membunuh saya, dunia itu kejam, dan tak ada orang yang mengerti saya sebaik saya mengerti diri saya sendri. Tsaaah

Saat masuk ke SD, ketakutan yang berlebihan sudah mulai berkurang. Tidak se-Ekstrim saat masuk TK. Saya lebih sedikit siap, walaupun ketakutan itu masih ada. Karena kita berada di lingkungan yang baru, suasana baru, teman-teman  baru, guru-guru baru. Ketakutan yang saya rasa lebih kepada bagaimana lingkungan yang baru itu bersikap kepada saya. Ketika masa bersekolah di SD, banyak juga saya mengalami pengalaman pertama. Misalnya pertama kali baca puisi di depan kelas, pertama kali jadi pengibar bendera, pertama kali ikut lomba, dan masih banyak lagi lainnya ...

Saat berada di SMP. Saya kembali mengalami hal yang pertama. Pertama sekolah jauh dari keluarga dalam waktu yang cukup lama, pertama tinggal di asrama, pertama kultum di depan teman-teman dan kakak kelas, dan masih banyak hal pertama yang dialami.

Tak terkecuali juga saat saya memasuki masa-masa SLTA dan kuliah, dan magang.

Ketakutan-ketakutan akan menjalani yang pertama selalu muncul. Kadang ketakutan itu tak selalu sama dengan kenyataan. Ketakutan saja yang muncul berlebihan, yang kadang membuat takut dan keraguan berkumpul menjadi satu. Membuat saya sulit berfikir dan memikirkan hal-hal yang baik dan menyenangkan.

Saat saya duduk di bangku SD, membayangkan memasuki bangku SMP itu sedikit mengerikan. Apalagi mendengar pengalaman kakak kelas yang sudah duduk di bangku SMP. Bagaimana pengalaman saat mengikuti MOS, bertemu dengan senior yang galak dan suka marah-marah, bertemu guru yang nyebelin, banyak tugas yang membuat waktu bermain jadi berkurang. Oh noo….

Begitu juga saat menginjak bangku selanjutnya … yang ketakutannya tidak jauh berbeda.

Jika saya mengingat pengalaman yang lampau dengan segala ketakutan yang muncul, sekarang saya bisa bersyukur dan sedikit bisa menertawakan diri sendiri. sekarang semua ketakutan saya itu terlihat konyol dan tidak masuk di akal. Mungkin saat itu akal saya belum cukup umur kali, ya? Eh?

Kenapa saya bisa menangis saat ditinggal nenek pulang saat TK?” Toh, saya akan dijemput lagi dan kembali pulang ke rumah

“Kenapa saya ngumpet di bawah meja saat diminta menjadi pengibar bendera?” Akhirnya, saya tidak takut lagi untuk melakukan untuk ke dua kali dan seterusnya…

“ Kenapa saya bisa menangis dan mengatakan Mama tidak menyayangi saya?saat beliau mengantarkan saya bersekolah jauh dari keluarga dan sulit bertemu dalam waktu yang cukup lama”. Padahal, semua itu membuat saya lebih berani, mandiri dan tetap waras dalam menyelesaikan persoalan yang saya alami.

“ kenapa saya begitu takut sekali saat pertama kali naik bus dan membuat saya tidak bisa tidur selama di perjalanan?” Toh, sekarang saya lebih bisa menikmati perjalanan jarak selama di bus.

kenapa saya bisa takut sekali saat diminta berbicara di depan kelas?” Dan, sekarang saya lebih bisa menikmati berbicara banyak di depan umum. Walaupun grogi pasti tetap ada. Hehe

Ya, masih banyak sebenarnya hal pertama yang saya lewati, dan saya berbahagia  bisa melewatinya. Dan bisa mengatakan “ ternyata saya bisa melewatinya juga, ternyata tak seburuk yang dibayangkan”.

Dari semua ketakutan yang saya jalani, saya cukup banyak belajar. Belajar menjadi lebih baik lagi, tetap terus belajar, dan terus memperbaiki kekurangan. Jika pengalaman pertama kurang baik dan banyak kesalahan, pada kesempatan berikutnya kesalahan itu tidak terulang lagi. Cukup satu kali jatah berbuat salah, jangan lakukan untuk kedua kalinya. Teruslah memperbaiki diri. Jangan seperti Keledai mau jatuh ke dua kalinya ke lubang yang sama. Kalau jatuh ke hati yang sama untuk  kedua kalinya, adek mau kok Bang …. Hadeeehh…

Akhirnya, saya menyadari bahwa ketakutan akan sesuatu yang akan datang dan masih di depan mata, tidak perlu terlalu didramatisir dan saya berubah menjadi “drama quen” . itu hanya membuat saya jalan di tempat dan tidak melakukan apa-apa. Bukankah alam semesta ini terus bergerak? Kenapa memilih diam ?


Tak seharusnya saya memikirkan sesuatu yang masih menjadi rahasia. Segala ketakutan itu tidak terlalu penting, jika saya lebih banyak fokus untuk memperbaiki segala kekurangan. Dan menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Semoga. Aamiin.

Hiduplah untuk hari ini, persiapkanlah untuk hari esok yang lebih baik. Horassss…. salam kuper ...