Rabu, Juni 11, 2014

Pilihan Yang Harus Dipilih

Holla...

Akhirnya, saya bisa menyapa kembali teman-teman semuanya. Duh, senangnya...*bersihin sarang laba-laba di blog*
Tak tau saya harus nulis darimana. Bagusnya darimana ya? Dari Sabang sampai Merauke aja kali, ya?

Kata orang-orang bijaksana dan bijaksini, Hidup itu pilihan. Iya, semuanya harus dipilih. Termasuk pilihan memilih untuk tidak memilih, mungkin karena saking banyaknya pilihan, jadi binggung apa yang harus dipilih.

Ingat, ya...ini gak ada hubungannya dengan pemilihan presiden bulan depan.  Karena, saya sudah memutuskan untuk memilih, kamuu #uhuukk

Oke, kembali kepada pilihan *Muter lagu syahrini feat Anang* ( Jangan memilih akyu...bila tak sanggup setiaaa.....aaa.....)

Alkasih, eh alkisah pada suatu hari. Tapi saya lupa hari itu hari apa. Saat itu saya terburu-buru, walupun sebenarnya ga ada yang memburu. Dalam waktu 1,5 jam, saya harus agar segera  sampai di kantor pos terdekat untuk  membayar tiket pesawat, kalau tidak segera dibayarkan, tiket tersebut akan hangus. Motor pun tak ada di rumah dan emang saya ga bisa bawa motor juga. Hahaha...ciyan deh gue...-__-

Saya pun memutuskan untuk menggunakan angdes (Angkutan Desa), saat itu emang saya lagi di kampung. You know lah, ya..angdes tak sebanyak angkot yang ada di Kota Padang, yang bisa lewat tiap menit dan bisa memilih mau naik yang mana. Kalau di kampung, butuh kesabaran lebih untuk menunggu angdes lewat.

Sesampai di kantor pos, ternyata kantor pos terdekat belum bisa online untuk melakukan pembayaran tiket pesawat. Alaamaak...*tepuk jidat tetangga*. Waktu masih tersisa lebih kurang 1 jam lagi untuk melakukan pembayaran dari waktu pemesanan.
Bener-bener the power of kepepet. Secepat mungkin saya langsung meninggalkan kantor pos tersebut dan segera menunggu angdes menuju kantor pos pusat kecamatan. Tanpa perlu pikir panjang, saya langsung menaikki angdes yang lewat pada saat itu, dan mengantarkan saya sampai di tujuan.

Berhubung penumpangnya sedikit, angdes yang saya tumpangi berjalan dengan sangat lambat, sekalian menyari penumpang sih. Saya yang buru-buru, rasanya pengen nyium bapak sopir biar jalannya ngebut. Saya terus memperhatikan detak jarum jam, jangan sampai berhenti berputar. Lha?

Di tengah perjalanannya, angdes yang saya tumpangi disalip oleh angdes yang di belakang dan melaju dengan kencang. Uhfff...*tarik napas dalam-dalam*. Saya langsung menyalahkan diri sendiri sambil ngedumel dalam hati.

Iiih...Kenapa saya gak cukup sabar menunggu angdes yang tadi....udah bagus, ngebut lagi...!
Kalau naik angdes tadi, pasti saya akan lebih cepat sampai....!

Saya hanya bisa garuk-garuk muka sendiri dan terus berharap angdes ini berjalan lebih cepat. Kalau sudah begini, saya hanya berdamai dengan apa yang saya pilih.

Jarak kantor pos cabang dengan kantor pos pusat sekitar 7 KM, kalau di tempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi, bisa cepat sampai. Tapi apa daya, saya tak punya jet pribadi...huhuhu

Dan ternyata...ternyata...saat saya melewati Pom Bensin, angdes yang telah menyalip angdes yang saya tumpangi lagi ngantri di pom bensin. Saya hanya bisa bersyukur dan tersenyum lega dan bergumam dalam hati...

andai saya naik angdes yang ngebut tadi, pasti saya belum tentu sampai tepat waktu.....

Lagi...lagi...Saya hanya bisa tersenyum lega dan bersyukur sekali pada menit-menit terakhir saya bisa melakukan pembayaran tiket tersebut.

Pilihan emang selalu membuat binggung, yang bisa dilakukan adalah yakin atas pilihan yang telah dipilih. Percayalah setiap pilihan ada kuasa Tuhan di dalamnnya. Tsaah *sok bijaksana dan bijaksini*.
Sekian dan aura kasih...:D