Kamis, Januari 02, 2014

Lempar Dakuw, Kau Kugigit

Kalau menceritakan masa kecil, gue jadi senyum-senyum sendiri kayak orang habis menang togel berjeti-jeti. Berhubung gue termasuk tipe anak cewek yang gak bisa diam, cuma di WC aja gue bisa diam dan kalem kayak lembu (eh?).

Waktu gue kecil *emang lu pernah kecil juga, ya Yura?* sehari saja gak bermain bersama teman-teman itu, rasanya kebahagiaan gue sebagai anak-anak kurang afdol, ibarat makan sayur tanpa sayur *mulai gila*.

Ya sih, gue harus pandai-pandai mengatur jadwal main dan tugas jagain adek. Maklum Mama ngajar, jadi sebelum Mama pulang, gue mendadak berganti profesi menjadi baby sitter ngesot. Dan parahnya lagi, kalau Mama sibuk, gue main ama teman-teman sekalian ngajak adik, kadang adek gue bawaanya pengen nempel terus kayak perangko, jadi gue kapan mainnya coba? *garuk2 panci*.

Mari sejenak kita lupakan cerita di atas *atas mana, yura? Atas Monas!*.
Kembali ke es tong-tong.

jadi pada suatu hari yang cerah. Gue dan sepupu gue Aril (nama samaran) bingung mau ngapain, muter-muter kampung udah, manjat pohon jambu udah, manjat tiang listrik aja yang belum. Berhubung jadwal pulang belum masuk dan kita bingung mau ngapain.

Rencana mau godain preman kampung sebelah, tapi gue takut..takut mereka tergoda melihat pesona gue *baskom mana baskom*. Gue berinisiatif ngajak aril ke rumah main boneka (eeehh?).

Saat melewati pohon duit Sirsak. Diatas pohon itu kita melihat ada sarang tawon yang bergelantung dengan indah. Berhubung gak ada kerjaan, padahal sudah melamar pekerjaan sana-sini, tapi belum ada juga perusahaan yang menerima kita. Emang lu bisa apa, Yura? Bisa membuatmu cinta padaku..eaa..*disorakkin warga sekampung*

Karena jiwa gue ada bakat menjadi atlit lempar upil, maka gue mengambil batu dan mencoba kebolehan gue membidik sarang tawon bersama aril. Kita bergantian saling melempar batu. Lemparan kita banyak meleset, satu dua lemparan mengenai sarang, si tawon masih adem ayem dan belum menunjukkan perlawan. Kayaknya si tawon lagi maskeran, deh! Makanya, mereka belum melawan.

 Ternyata kesabaran si tawon ada batasnya juga,Tak disangka tak diduga, si tawon pun keluar dengan jurus membabi buta tanpa ampun DJ . Kita mencoba menutupi muka dan melindungi diri.
 Tapi percuma saja Sob! si tawon berhasil mencium kepala gue, sebagai bentuk kasih sayangnya. Ondeh mandeh..sakit Mak..huhuhu

 Efeknya, kepala gue menjadi benjol seketika. Sepupu gue juga dapat jatah ciuman,tapi gue lupa dicium disebelah mana. Ya udah, lupakan saja. Yang lalu biarlah berlalu, mari kita cari pacar baru (lha??).

Sejak itu gue gak mau mengusik apapun. Kejadian itu membuat gue belajar, kalau gak mau diganggu jangan ganggu, nanti kena tinju sama personil Suju.

Buat saudara-saudara gue sebangsa setanah air, dimana pun kalian berada. Jangan contoh perilaku aneh gue kalau gak mau kena batunya. Bener  kata pepatah, apa yang dituai itu yang dipetik. Jadi, kalau mau mendapatkan hasil yang baik, mari kita semai benih kebaikan juga.

Salam kuperrr…*lambaikan tangan ke kamera*

10 komentar:

  1. Lempar daku kau pun jadi kenangan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. eaaa..kenangan manis apa kenangan buruk gus??

      Hapus
  2. tawon kok dilempar...seharusnya tawon dielus elus saja seperti kucing :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kurang kerjaan mas..makanya dilempar...hehe

      Hapus
  3. aduh mengerikan juga ya membayanghkan ribuan tawon yang menyerang, untunglah cuma kepala yang benjol....,
    salam dari Kalimantan Selatan :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. gak nympe ribuan kok mbak..cuma beberapa ekor..walaupun beberapa ekor..tetap sengatannya bkin benjol..hehe

      Hapus
  4. Sepupu lo pasti dicium sengatan di pantantya. :))))

    BalasHapus
  5. Hihihi

    dulu waktu kecil juga aul pernah kena di paha.
    mendadak gemuk

    hihi

    BalasHapus

Buruaan komentar..selagi gratis..:D