Kamis, Januari 30, 2014

Kena Batunya

Huaa..ternyata sekarang adalah hari terakhir proyek menulis dengan tema #30HariCeritaKebodohanMasaKecil. Niat hati untuk tetap konsisten selama 30 hari, gagal sudah..huhuhu *meluk galon*. Walaupun gak ikut selama 30 hari penuh, gue merasa senang bisa ikutan. Setidaknya, gue ada kemajuan di tahun 2014. Biasanya tiap bulan, gue gak pernah posting tulisan lebih dari 6 buah. Dengan ikutan proyek nulis bareng Bang @zulhaq_ dan Bang @soyidiyos, bulan ini, gue berhasil posting 13 buah tulisan. Horraaiii..Kamu berhasil..kamu berhasil..*niru gaya dora*.
 Ternyata, gue berhasil mengalahkan rasa malas gue dengan alasan gak ada waktu dan seribu alasan lainnya. Tak lupa gue mengucapkan terima kasih buat Bang Zulhaq dan Bang Soyid *sungkem dari jauh*. Lain waktu bikin proyek nulis lagi, ya bang..:D

Kayaknya gue udah keluar dari sumur topik ne, tak masalah, kalau malas baca..skip aja..salam damai..:D

Biasanya, kalau Papa dan Gue mendadak kurang kerjaan dan binggung mau ngapain. Kadang ada-ada saja yang dilakuin. Papa termasuk orang yang usil, kadang adek-adek gue bisa dibikin nangis atau ngambek kayak mbek.

Entah kenapa, adek cowok gue satu-satunya gak pernah bisa tidur lewat dari pukul 10 malam. Jam 9 sudah berenang di atas kasur ( lha? Adek lu ikan apa manusia sih, Yura?). Beda banget ama gue. Kalau saja begadang gak ada efek negatifnya, mungkin gue bisa terus-terusan begadang.

Berhubung malam-malam gak ada kerjaan, dan sasaran yang paling empuk adalah adek gue. Gue dan Papa langsung beroperasi ketupat. Hal yang pertama kita ambil adalah, garam. Ingat bukan garam halus, ya..biasanya gue terjun langsung ke dapur untuk mengambil garam kasar. Lalu, garam diikat dengan benang 
(mau bikin layang-layang atau ngapain? ). Ya..kalau si adek tidurnya mangap, kita akan masukkan benang ke mulutnya. Angkat..tarik..angkat lagi..tarik lagi..sampai si adek ngamuk atau nangis dan ngadu sama Mama. Hihihi.


Bukan garam saja yang digunakan. Kadang, gue suka pakai arang yang menempel di pantat kuali trus dibikin kumis atau dicoret ke pipi. Bangun pagi, langsung shock liat muka sendiri.  Walaupun begitu, gue juga sering kena batunya, karena ulah gue. Maka dari itu..Waspadalaahh...

Rabu, Januari 29, 2014

Taksi VS Bendi

Niat hati ingin bertahan untuk fokus ngeblog selama 30 hari, tapi apa daya tangan tak sampai (lha?? Ngomong apa gue ini..?). Daripada memusingkan gue, yang semakin hari semakin gak jelas, lebih baik baca aja tulisan yang tak sempurna ini..

Ada yang pernah dengan kata Bendi? Kalau udah, ya udah diam aja ( lha?? Kok mendadak sewot gini sih?).  Daripada penasaran tingkat buyut dewa, biar gue kasih tau. Bendi itu nama lain dari Delman dan sepupunya *lha?*. Kalau di Padang, disebut Bendi.

Jadi ceritanya begini...

Berhubung, gue dari kecil udah punya bakat jadi orang kaya. Asseek..Doain ya teman-teman..biar jadi orang kaya beneran. Yang penting bukan dari hasil dari korupsi, tapi usaha sendiri..;)

Kalau udah masuk jadwal liburan, gue dan adek suka berlibur ke Kota Padang. Maklum, kita sekolah di kampung. Biar gaul dikit, makanya kalau liburan main ke kota. Hehe.

Saat sampai di terminal bus, kita harus naik angkutan umum lagi agar sampai di rumah nenek. Bisa naik angkot, taksi, atau bendi. Dan biasanya, saat memilih naik apa ( naik naga indos*ar aja..!! ). Saya jadi heboh sama adek.  Saya lebih memilih naik taksi, sedangkan si adek minta naik bendi. Mama Papa jadi rempong karena ulah kita. Hehe.

Saya suka naik taksi, karena cepat, pakai AC dan kursinya empuk bonus kalau pak sopirnya ganteng ( aduuhh..Yura..kecil-kecil udah ganjen..ckckck). Kalau naik bendi, udah lama nyampe, sempit, dan kursinya kurang empuk. Walaupun begitu, Bendi termasuk transportasi yang ramah lingkungan.


Jadi, untuk mensiasati biar tidak terjadi perang saudara diantara kita. Ketika barang bawaan Mama banyak dan sudah kemalaman di terminal bus, kita memilih naik taksi. Kalau gak, baru deh naik bendi. Hihihi.

Selasa, Januari 28, 2014

Maafkan dakuw, Yam...

Walaupun gue masih kecil, tapi gue sudah diajarin Mama untuk belajar membersihkan rumah. Mulai nyapu, ngelap dan ngepel. Ditambah kesibukkan Mama mengajar, jadi sebagai anak yang paling keren sedunia gaib, kata tetangga gue. Gue harus membantu pekerjaan rumah Mama.

Dan yang paling gak gue suka adalah lantai yang sudah bersih dan wangi, baru beberapa menit dibersihin tiba-tiba kotor kembali. Itu bisa bikin naik darah dan gue berubah menjadi hulk. Sadis Bro!!

Kalau itu orang, udah gue cerewetin sampai mulut gue berdarah-darah. Kalau itu hantu, gue langsung ngambil langkah seribu lima ratus. Takuutt Mak. Dan kalau itu hewan, gue uber-uber sampai berhamburan keluar rumah.

Berhubung Mama suka melihara tuyul ayam, jadi di rumah ada beberapa ekor ayam. Kalau udah siang, ayam-ayam dilepas dari kandang dan mereka bebas berkeliaran sekitar rumah. Bahkan suka masuk ke dalam rumah. Bahkan dia berak di lantai, trus bisa masuk kamar juga. Rempong banget kan?

Jadi, setiap ayam yang masuk rumah, gue uber-uber sampai keluar rumah. Saking kencangnya gue berlari nguber anak ayam sampai ke luar, malang tak dapat ditolak, tanpa sengaja gue menginjak anak ayam.Maafkan gue Yam..

Gue merasa berdosa banget telah menginjak anak ayam yang lagi lucu-lucunya. Gue menyaksikan saat si anak ayam meregang nyawa. Sumpah, gue sedih banget. Huhuhu. Ayam..maafkan dakuw...huhuhu *tissu mana tissu*.

Jumat, Januari 10, 2014

Jalan Kaki? Siapa Takut

Ternyata, gak kerasa sudah 10 hari aja gue ikut proyek #30HariCeritaKebodohanMasaKecil Sepertinya ini rekor menulis terbanyak gue menulis selama ngeblog, dalam kurun waktu 1 bulan.
Daebak..

Walaupun gak tiap saat di depan laptop. Kartu untuk modem mendadak rusak, terpaksa memanfaatkan Wifi kampus. Tak apa. Kalau ada niat, pasti bisa *sok bijak*. Semoga gak ada yang illfeel sama gue, gara-gara kisah masa kecil gue yang sedikit absurd. Yang penting jangan takut, gue gak gigit kok. Cuma mengongong doank (??)

Kali ini gue menceritakan keanehan gue, yang makin hari makin cantik aneh. Pernah gue disuruh Mama untuk ke rumah saudara Nenek, yang jaraknya sekitar 1 Km lebih kurang. Kebetulan di sana, ada acara syukuran. Sepulang sekolah, gue disuruh datang ke sana, karena di rumah sudah gak ada orang.

Mandi udah, ganti baju udah, nyalon udah (?). Akhirnya gue berangkat berdua dengan sepupu gue, Riza. Sebelumnya, Mama udah meninggalkan uang untuk ongkos naik angkot nanti. Dengan gagah berani, kita melangkahkan kaki dan mengayunkan tangan.

Karena jarak rumah saudara Nenek lumayan jauh. Apalagi gue masih kecil. Sebaiknya emang bagus naik angkot. Tapi..kita milih jalan kaki. Apaaa?? Jalan kaki?? ( Iya..iya..tidak..tidak..bisa jadi..bisa jadi..)
Entah kenapa, gue juga heran, kenapa gue seperti itu? *pukpuk diri sendiri*.

Antara rasa malu dan takut. Malunya, ntar pas kita masuk ke dalam angkot, penumpang angkot pada liatin dan plotin kita, padahal tampang kita imut habis. Iya, imutnya udah habis. Takutnya, jangan-jangan kita nanti diculik trus diekspor ke arab, sampai di sana kita dijadikan tukang mandiin unta. WHAATT??

Mama hanya bisa geleng-geleng kepala, disuruh naik angkot malah milih jalan kaki. Apalagi jalan kakinya siang hari. Panasss oiii.. Maklumlah, kita kan Down to earth..(Pliss..artikan apa yg gue tulis, gue gak ngerti apa yang ditulis), jadi gak level naik angkot..(lha??).


Kamis, Januari 09, 2014

Aneh Tapi Nyata

Dikenal sebagai anak yang gak bisa diam dan aktif. Gak bisa gue pungkiri. Walaupun gue anak perempuan Mama satu-satunya, ya..sebelum adek nomor 3 dan nomor 4 lahir. Hehe.

Kalau bermain dengan teman-teman, gue lebih suka melakukan sesuatu daripada duduk cantik. Kayak manjat pohon, berlari-larian, main di sawah, nangkap ikan dalam lumpur, dan masih banyak kerjaan gue lainnya. Makanya, kulit gue dari dulu sampai sekarang gak bisa putih. Bisa putih kalau kulit gue diamplas. lha??

Saking gue hebohnya, sampai tidur aja gue heboh. Suatu kenangan, yang gak dilupakan kakek tentang gue, yaitu, waktu gue tertidur bareng kakek. Apaa? Saat mau tidur, kepala kita sudah sama-sama di atas bantal masing-masing. Dan beberapa jam kemudian, kepala gue yang tadinya di atas bantal, sudah berganti dengan kaki. Oalaah....

Gue suka gak percaya, kok bisa sih? Masak gue kayak gitu? Kalau dipikir-pikir, gue jadi binggung sendiri dan bisa-bisa gue mati berdiri di atas Jam Gadang.  Kasur yang udah sempit, kalau dipakai buat tidur berdua. Gimana caranya gue bisa muter posisi tidur?

Setelah banyak korban menceritakan keanehan gue selama tidur, baru gue percaya gak percaya. Mama ikut membagi pengalamannya, waktu gue tidur dengan Mama, kaki gue suka tiba-tiba menghimpit kakinya. Sampai kaki sakit yang luar biasa. Mama menyebutnya dengan naik betis. Setelah itu, Mama selalu mikir kalau gue meminta tidur bareng. Mama lebih milih enakkan tidur bareng guling daripada gue. Huhuhu.


Rabu, Januari 08, 2014

Onyet, Jangan Pergi

Jujur, gue emang kurang suka memelihara hewan. Apalagi hewan yang banyak bulunya, kayak kucing, anjing dan monyet. Kena bulu-bulunya, bisa bikin gue bersin-bersin. Walaupun hewan tersebut terlihat menggemaskan dan lucu. Di rumah gue, pernah ada kucing. Tapi gue gak terlalu memberikan perhatian lebih, seperti memeluk atau menggendong sana-sini. Yang penting, gue gak lupa memberi makannya.

Suatu hari, kakek gue diberi seekor monyet oleh temannya. Dan otomatis di rumah gue ada monyet. Monyet ini mempunyai keahlian mengambil buah kelapa. Jadi, Mama gak perlu repot-repot nyari atau membeli buah kelapa. Rata-rata di kampung gue, monyet mempunyai keahlian mengambil pohon kelapa. Iya, si monyet harus dilatih dulu.

Cukup lama  si onyet tinggal di rumah. Tapi gue masih takut dan gak terlalu suka melihat dia. Ketika onyet sakit dan pergi untuk selamanya, baru gue menyadari, gue ikut merasa kehilangan. Saat onyet sakit, ia tidak seaktif dulu dan hanya berdiam diri di kandang. Gue pengen teriak, mana onyet gue yang dulu?? Manaaa?? Huhuhu

Kakek berusaha memberi onyet obat, biar cepat sembuh. Tapi takdir berkata lain. Saat hari terakhir onyet hidup di dunia, gue sempat menatap matanya. Gue mengintip dibalik jendela. Mata gue berkaca-kaca pengen nangis, tapi gue masih berharap kesembuhannya. Melihat matanya, ia juga gak mau meninggalkan kita. hikshiks

Gue gak kuat untuk melihat ia langsung karena gue belum sanggup kehilangan dia. Dia juga berjasa mengambilkan buah kelapa muda untuk gue. Tapi, apa dikata..sore harinya, onyet pergi meninggalkan kita semua. Huhuhu.

Kadang, kita bisa tau berharganya sesuatu, setelah kita kehilangannya. hikshiks

Selasa, Januari 07, 2014

Lariii...Ada Hantuuu

Mungkin karena keseringan nonton film horror waktu kecil, akibatnya, gue menjadi penakut. Apalagi dalam gelap. Mendadak lampu mati di malam hari, gue bisa histeris. Kalau PLN ngasih tau dulu sebelum mematikan listrik, gue gak akan histeris ketakutan.

Jujur, gue akui, gue sangat takut gelap. Udah besar gini, kalau mendadak lampu mati pas saat nongkrong cantik di toilet, gue bisa teriak-teriak dan nangis manggil nama Mama sampai 7 oktaf. Iya, gue bener-bener gak malu ama umur. Tampang boleh imut, tapi penakut. Huuu...

Sejak mulai mengenal horror dan cerita angker bin seram dari teman-teman. Gue menjadi anak yang penakut. Gue termasuk anak yang  suka mengkhayal. Jadi, kalau ada seseorang yang menceritakan tentang makhluk gaib dan segala bentuknya. Gue langsung membayangkannya, dan bayangan-bayangan tentang makhluk gaib itu akan terus menghantui sampai beberapa hari ke depan..

Sebagai anak yang keren tiada duanya. WHAATTT??. Sudah..sudah..jangan pada protes, ya..kenyatannya emang gak begitu, kok. *nyegir kuda ompong*. Daripada protes, lebih baik dengarin cerita gue, deh. Kali aja, kalau cowok yang baca ini, bisa kesemsem sama gue *uhuuk*.

Jadi, waktu gue kecil dulu, jadwal mengaji gue sering malam hari. Gue mengaji di Surau tak jauh dari rumah. Selesai mengaji sekitar pukul 9 malam. Kebetulan, hari itu, adek gue gak ikutan ngaji. Jadi teman pulang gue gak ada.

Maka, dari itu, Papa yang akan menjemput gue. Selesai mengaji, berhubung gue anak baik-baik. Jadi harus segera pulang. Nanti gue telat bangun ke sekolah. Kebetulan juga, banyak teman-temang gue gak ikut mengaji ke surau. Jadi, gak ada teman untuk pulang bareng.

Mukenah dan Al-Qur’an sudah masuk ke dalam tas. Gue langsung cabut meninggalkan surau. Gue duduk gembel menunggu Papa di persimpangan arah ke rumah. Saat itu, listrik belum mengalir sampai ke rumah gue. Ciyan banget gue ya?. Mungkin karena, gue sering nunggak bayar listrik, kale!. Jadi, jalan ke rumah gelap pake bingits ( ketularan, niru bahasa anak jaman sekarang).

Karena kelamaan menunggu. Papa belum juga datang. Gue mencoba memberanikan diri untuk pulang sendiri. Baru beberapa langkah berjalan, dari kejauhan, gue melihat bayangan putih terus bergerak mendekati gue. Tanpa pikir panjang, gue langsung kabur naik naga Indos*ar  menuju surau.

Melihat gue kembali ke surau. Beberapa teman gue masih asyik bermain di luar surau, pada heran. Kok gue kembali ke surau?. Dengan santai gue, menjawab “ Papa belum datang menjemput”. Padahal, gak gitu. Hehe.
Tak berapa lama kemudian, Papa datang menjemput gue ke surau. Dan Papa bertanya

“ Tadi kenapa lari-lari?”
           “Takut” jawab, gue datar.

Papa hanya senyam-senyum gak jelas. Sampai di rumah, Papa bercerita kepada semua. Kalau gue kabur, pas mau dijemput. Jadi..jaa..di..bayangan putih yang gue lihat itu, adalah Papa. Tidaaakkk...

Saat itu, Papa memakai kain sarung berwarna putih kotak-kotak. Dan Papa menyelimuti badannya dalam kain sarung. Mirip bapak-bapak ngeronda gitu deh. ARGHHTTT..Gue ketipu permisa..KENA DEH..!!

Senin, Januari 06, 2014

Ada-ada Saja

Sepertinya, sejak gue brojol ke dunia ini, dalam darah gue sudah mengalir darah ke absurd-an, yang entah diwariskan dari siapa (lha?).

Sejak TK sampai menamatkan SD, gue tinggal di kampung. Jadi, masa imut-imut dan putih merah-merah, gue habiskan di kampung halaman Mama. Sekarang, rasanya gue bersyukur dibesarkan di kampung. Setidaknya pengalaman masa kecil gue, terasa menyenangkan. Hari-hari gue tidak habis di depan TV atau layar gadget yang serba canggih.

Kali ini, gue mau menceritakan tingkah gue. Diharapkan jangan sampai muntah dan telinga berdarah-darah, ya..hehe

Di kampung gue, selain penduduknya bertani, mereka juga berternak. Berternak Sapi, Kerbau, Kambing, Ayam, dan tuyul. Hal yang enggak banget di kampung adalah, Sapi dan Kerbau suka pup sembarangan di jalan. Padahal, setiap hari gue udah negur dan nasehatin Sapi dan Kerbau, jangan pup sembarangan. Udah pup sembarangan, gak pake disiram lagi. Super kebangetan banget, kan? Gak mungkin kan, gue yang beresin tai nya. Kadang, kalau gue jalan gak pake mata, tai yang bertebaran di jalan suka terinjak oleh kaki gue yang mulus ini. Gue jadi kepikiran untuk memakaikan mereka popok bayi, biar tai nya gak berserakan dimana-mana.

Namun gue tak terlalu mempermasahkan, namanya juga binatang. Harap dimaklumi. Jadi yang suka pup dan pipis, itu tandanya sama dengan.....  
(silahkan jawab sendiri). Hehe

Melihat tai sapi dan kerbau yang bertaburan...eh..bertebaran di jalan. Ide gue muncul, untuk memanfaatkan berak sapi dijadikan sebuah karya seni. Selain gue punya air seni, gue juga punya jiwa seni yang harus disalurkan biar tidak tertelan siluman eh..jaman.

Sehabis pulang sekolah, biasanya gue janjian ama teman-teman untuk main bersama. Kalau udah ngumpul. Ada-ada aja kerjanya. Salah satunya, menghias tai sapi dan kerbau. Tai mereka berbentuk bundar mirip bakpao, lembek dan berwarna hitam kehijau-hijauan, pokoknya gitu deh, yang pernah liat, pasti kebayang kok. Hihihi. Binggung juga, jelasinnya. Cukup bayangin aja. Hahaha.


Setelah memilih tai yang oke untuk dijadikan sample, gue bareng teman-teman mulai menghias. Diatas permukaannya, kita beri batu bulat, tuk menandakan kedua mata, dan batu agak sedikit lonjong untuk hidungnya, tak lupa disusun batu-batu kecil membentuk bibir. Ini belum selesai Sob..! tak lupa, kita mengambil bunga dan dedaunan untuk aksesoris, biar makin keren. Selain membentuk wajah, kita juga membentuk kue. Kereaktif, kan kita?? TIDAAAKKK...itu namanya kurang kerjaan..

Minggu, Januari 05, 2014

Yura Mendadak Hilang

Namanya juga anak kecil, pasti ada aja tingkahnya. Termasuk gue. Iya gue. Siapa lagi..anak Mama paling absurd gitu lhoo..-_____- *gitu aja bangga*.
Karena ulah gue yang suka berbeda dengan anak-anak lainnya. Karena itu, gue berhasil bikin sekeluarga panik. Maaf ya Ma..

Jadi, ceritanya begini. Entah ada jin apa yang merasuki tubuh gue yang keren ini. Sehabis mandi sore, gue ketiduran. Mungkin karena kecapekan habis mandiin gajah Thailand.

Tau gak gue ketiduran dimana? Gue ketiduran di bahu personil One Direction. Sumfeeh..gue ngarang habis. *disorakkin fans OneDirection*. Gue ketiduran dibawah meja makan. Jelas banget gembelnya gue, ya? Huhuhu.

Berhubung, gue orangnya kreatif dan kereaktif. Gue mencoba mencari sensasi tuk tidur di bawah meja makan. Meja makan ini jarang dipakai, kalau ada tamu yang berkunjung ke rumah, baru deh dipakai.

Karena badan gue yang kurus begini mirip tiang listrik, jadi gue bisa masuk kebawah sana. Posisi gue tidur sebenarnya diatas kursi. Gue masuk kedalam kursi yang disorongkan ke dalam bawah meja. Jadi gue masuk dan tidur disana. Karena tubuh gue sepanjang meja. Jadi gak keliatan, ditambah lagi ketutupan ama taplak meja.

Karena gue belum ada juga nampak di rumah, padahal udah maghrib. Orang rumah pada panik nyariin gue. Sampai-sampai Mama nyanyii lagu ayu udah gak tingting, kemana..kemana.. hilangnya..si Yura?. Emang lagu itu, sudah muncul, Yura? Belumm tante...-_-

Orang rumah berbagi tugas. Ada yang nyari ke setiap kamar sampai kolong tempat tidur. Ada yang nyari ke setiap sudut rumah, bahkan Papa sampai nyari ke rumah teman-teman main gue. Ada yang nyari ke lubang tikus, kali aja gue nyasar kesana.

Syukur gak sampai dilaporkan ke polisi, kan jadi ribet. Nanti saya masuk sel tahanan, karena membuat orang rumah panik. Ampuunnn Ma...
Karena, suara ribut-ribut di dalam rumah. Sehingga membuat gue, terbangun dari tidur. Rencananya, gue akan bangun, kalau udah dicium ama pangeran berkuda poni.

Kebetulan juga, Papa menyenter di bawah kolong. Akhirnya, gue ditemukan juga. Dibawah meja dengan cantik mempesona *hueek*.. Horraiii..selamat Papa dapat hadiah payung, tangkainya doank..(eh?).
Seisi rumah pada heboh. Udah capek nyari sana-sini, ternyata gue dibawah kolong meja. Ondeh Mandeh..Hampir saja, gue dikutuk jadi malin kundang part 2.



Sabtu, Januari 04, 2014

Aliran Sesat, Tidak Untuk DITIRU

Waktu gue masih jadi janin dalam perut Enyak, gue sudah mulai diajarin shalat. Hebat kan gue? Siapa dulu pacarnya..lha??

Saat gue sudah memakai rok merah, shalat gue suka bolong-bolong kayak kambing ompong. Maklumlah, gue kan masih belajar *Pembelaan*. Subuh shalat, Zuhur enggak, Ashar lewat, Maghrib shalat, Isya ketiduran.hehe..jangan ditiru ya teman-temanss..

Kali ini gue menceritakan kejadian beberapa abad yang silam. Wah..jaman kapan itu, Yur? Jaman Dinosaurus masih bayi. Kembali ke masalah shalat. Ketika bulan Ramadhan dan sebagai muslim gue ikutan berpuasa. Sampai zuhur gue udah berbuka duluan.hehe. Ituuu kan DULUUU..sekarang udah enggak kok.

Kalau mau berpuasa esok harinya, gue harus ikutan sahur. Bangun untuk sahur itu, butuh perjuangan berat seberat mengangkat alat-alat berat. Membuka mata yang tertutup rapat beratnya minta ampun, berasa ada seekor gajah duduk cantik di kelopak mata gue. Sahur udah, shalat subuhnya belum. Sehabis sahur menunggu waktu subuh itu, lumayan menggoda untuk melanjutkan tidur yang tertunda. Setan menggoda dan merayu gue untuk tidur, karena gue ngantuk, gue tidur. Kata Mama gue, kalau ngantuk tidur, kalau lapar makan, kalau haus minum bensin PLISSS..jangan diikuti kalimat terakhir..BAHAYAAA SOB..!!

Karena mengikuti rayuan pulau kelapa *masak pohon kelapa, lu jadikan kambing hitam sih, Yur..? Habis, kalau jadiin gue, gue udah hitam dari oroknya*.

Efeknya, gue suka kebablasan dan hasilnya shalat subuh gue kelewatan. Ya Alloh, Maafkan Baim ya Alloh..Walaupun sudah berpesan pada Enyak untuk bangunin gue. Tetap gak mempan. Kayaknya gue digoda ama eyangnya setan deh! Makanya gue gak mempan dibangunin. Alasannya bentar lagi..bentar lagi..ujungnya molor sampai pagi. Hihihi.

Daripada gue bohong sama Enyak, kalau ditanya udah shalat subuh apa belum. Enyak, adalah orang yang paling susah dibohongi. Selalu saja beliau tau apa yang gue sembunyikan. Kayaknya, Enyak gue punya Indra L Brugman deh..eh salah..lidah gue keseleo..Indra keenam maksudnya..*Nyegir kambing*.

Karena gue tau, bohong itu tidak baik. Untuk mensiasati agar gue tidak berbohong. Jadi, kalau ditanya enyak, gue tinggal bilang "UDAH DONK MA..". Setelah gue semedi di bawah batang toge, gue menemukan ajaran sesat. Jika waktu zuhur sudah masuk, sebelum shalat zuhur, gue shalat subuh 2 rakaat terlebih dahulu atau gue shalat zuhur dulu baru shalat subuh. Keren kan gue? *kaca mana kaca*. Gue shalat seenak jidat tetangga. Syukur gak gue rapellin shalat 5 waktu dalam satu waktu. Ya Alloh, bimbinglah aku..

Maklum gue masih anak SD yang lucu, imut dan menggemaskan *hueekk*, baru mencicip asam garam kehidupan. Jadi, harus banyak belajar dan belajar.
Setelah gue belajar Agama tentang shalat jamak, baru gue mengerti. Shalat subuh tidak bisa digabungkan dalam satu waktu dengan shalat zuhur. Jangan dicontoh, ya adik-adik.. diseluruh Indonesia..nanti, gue didemo F*I.

Tak mengapa kita melakukan kesalahan karena ketidaktahuan, dengan itu membuat kita belajar dan tidak mengulanginya lagi. Salam super mie..*lambaikan tangan ke kamera*




Jumat, Januari 03, 2014

Awas Ada CABEEE...

Sebagai orang Padang asli, asli banget dan bukan KW-KW-an. Orang Padang biasanya identik dengan makanan yang pedas-pedas. Itu gak berlaku buat gue. Gue gagal menjadi orang Padang, karena bener-bener takut sama makanan pedas * Mama pulang gue ke Eropa..*. Tapi itu dulu, waktu gue masih unyu-unyu dan bau..(eeh?).

Mama dibikin sedikit repot karena gue. hehe. Maaf ya Ma.. Di rumah aja, Mama harus memisahkan makanan yang gak ada satupun yang berhubungan dengan cabe. Jadi, di rumah ada dua piring makanan yang bercampur sama cabe dan gak bercampur dengan cabe.

Jika berkunjung ke rumah tante atau menginap di rumah saudara, Mama selalu berpesan untuk memisahkan makanannya, biar gue bisa makan. Sampai kelas 6 SD, gue masih takut sama cabe. Kadang Mama berusaha membujuk gue untuk sedikit-sedikit makan pake cabe. Kata Mama, kalau makan sama cabe bikin kita kuat. Tetap aja gue gak percaya. Setiap hari gue kuat juga kok, kuat tidurnya.

Karena anti banget dengan cabe, sampai-sampai langganan sate Mama, tau kalau gue takut sama cabe. Jadi, kalau Mama udah ngajak gue makan sate. Gak perlu dikasih tau lagi, kalau gue ikut makan, pasti kuah satenya sedikit sekali. Mama kadang suka nanya
“emang gimana rasanya makan gak pake cabe?”
“gak gimana-gimana kok, Ma..enak kok..”
 Gue lanjut menyantap makanan, dan Mama hanya bisa geleng-geleng kepala.


Sedikit aja nasi gue bercampur dengan segala sesuatu yang ada unsur cabe didalamnya. Gue langsung mengganti nasinya. Parahnya lagi, kalau makan rendang, dagingnya gue cuci. Hehe. Tak heran, jika makanan favorit gue waktu kecil, nasi sama kecap manis dan nasi dicampur garam. Tak salah lagi, makanya gue jadi ikutan manis sampai sekarang. APAAAAA?? *Muntah beling*

Kalau di think-think sambil guling-guling diatas beling, kepala gue langsung muncul tanda-tanya besar. Kenapa, ya..? gue sebegitu takutnya sama cabe. Padahal cabe kan, gak ngapa-ngapain gue, gak pernah ngecewain gue (lhaa??). Malah cabe bisa menambah citarasa makanan *alaah..gue ngomong apa ini? Kayak pengamat kuliner aja*.

Beda banget sama gue yang sekarang, waktu kecil sebegitu anti dan menjaga jarak dengan yang namanya cabe. Sekarang, gue gak bisa hidup tanpa cabe. Kalau makan gak ada cabenya, hidup gue terasa hampa #Tsaah. Dan gue ikutan stress kalau harga cabe melambung tinggi di pasaran. Pak dan Ibuk Menteri, jangan naikkan harga cabe, ya..Karena separuh akuu..dirimuu...CABEEE...*eh salah lirik*.

Kamis, Januari 02, 2014

Lempar Dakuw, Kau Kugigit

Kalau menceritakan masa kecil, gue jadi senyum-senyum sendiri kayak orang habis menang togel berjeti-jeti. Berhubung gue termasuk tipe anak cewek yang gak bisa diam, cuma di WC aja gue bisa diam dan kalem kayak lembu (eh?).

Waktu gue kecil *emang lu pernah kecil juga, ya Yura?* sehari saja gak bermain bersama teman-teman itu, rasanya kebahagiaan gue sebagai anak-anak kurang afdol, ibarat makan sayur tanpa sayur *mulai gila*.

Ya sih, gue harus pandai-pandai mengatur jadwal main dan tugas jagain adek. Maklum Mama ngajar, jadi sebelum Mama pulang, gue mendadak berganti profesi menjadi baby sitter ngesot. Dan parahnya lagi, kalau Mama sibuk, gue main ama teman-teman sekalian ngajak adik, kadang adek gue bawaanya pengen nempel terus kayak perangko, jadi gue kapan mainnya coba? *garuk2 panci*.

Mari sejenak kita lupakan cerita di atas *atas mana, yura? Atas Monas!*.
Kembali ke es tong-tong.

jadi pada suatu hari yang cerah. Gue dan sepupu gue Aril (nama samaran) bingung mau ngapain, muter-muter kampung udah, manjat pohon jambu udah, manjat tiang listrik aja yang belum. Berhubung jadwal pulang belum masuk dan kita bingung mau ngapain.

Rencana mau godain preman kampung sebelah, tapi gue takut..takut mereka tergoda melihat pesona gue *baskom mana baskom*. Gue berinisiatif ngajak aril ke rumah main boneka (eeehh?).

Saat melewati pohon duit Sirsak. Diatas pohon itu kita melihat ada sarang tawon yang bergelantung dengan indah. Berhubung gak ada kerjaan, padahal sudah melamar pekerjaan sana-sini, tapi belum ada juga perusahaan yang menerima kita. Emang lu bisa apa, Yura? Bisa membuatmu cinta padaku..eaa..*disorakkin warga sekampung*

Karena jiwa gue ada bakat menjadi atlit lempar upil, maka gue mengambil batu dan mencoba kebolehan gue membidik sarang tawon bersama aril. Kita bergantian saling melempar batu. Lemparan kita banyak meleset, satu dua lemparan mengenai sarang, si tawon masih adem ayem dan belum menunjukkan perlawan. Kayaknya si tawon lagi maskeran, deh! Makanya, mereka belum melawan.

 Ternyata kesabaran si tawon ada batasnya juga,Tak disangka tak diduga, si tawon pun keluar dengan jurus membabi buta tanpa ampun DJ . Kita mencoba menutupi muka dan melindungi diri.
 Tapi percuma saja Sob! si tawon berhasil mencium kepala gue, sebagai bentuk kasih sayangnya. Ondeh mandeh..sakit Mak..huhuhu

 Efeknya, kepala gue menjadi benjol seketika. Sepupu gue juga dapat jatah ciuman,tapi gue lupa dicium disebelah mana. Ya udah, lupakan saja. Yang lalu biarlah berlalu, mari kita cari pacar baru (lha??).

Sejak itu gue gak mau mengusik apapun. Kejadian itu membuat gue belajar, kalau gak mau diganggu jangan ganggu, nanti kena tinju sama personil Suju.

Buat saudara-saudara gue sebangsa setanah air, dimana pun kalian berada. Jangan contoh perilaku aneh gue kalau gak mau kena batunya. Bener  kata pepatah, apa yang dituai itu yang dipetik. Jadi, kalau mau mendapatkan hasil yang baik, mari kita semai benih kebaikan juga.

Salam kuperrr…*lambaikan tangan ke kamera*

Rabu, Januari 01, 2014

Air atau Minyak Tanah

Saat salah satu Tweet dari Bang Soyid melintas di timeline, seketika itu membuat gue tertarik becak untuk mecoba tantangan menuliskan cerita kebodohan masa kecil. Mungkin karena urat malu gue sudah putus, makanya tertarik menceritakan aib sendiri. Hasemeleh. Sebenarnya, waktu kecil gue pinter pakai banget, menurut tetangga gue lho.. (semoga gak ada yang percaya). 
Ditambah lagi kondisi blog gue, selama tahun 2013 sering dianggurin, saking sering dianggurin blog jadi banyak ditumbuhi rumput yang bergoyang caisar dan semak belukar. semoga dengan mengikuti proyek menulis 30 hari ini, bisa membuat gue lebih konsiten menulis. Doakan gue ya permirsa..*lambaikan tangan ke kamera*.

Mencoba membuka dan mengobrak-abrik memori waktu kecil tak semudah ngupil pakai jari kelingking. Ternyata bener-bener menguras bak mandi. Jadi, gue mencoba memulai mengingat dan menceritakan hal-hal kecil yang dialami yang tidak terlalu menguras otak. Apakah ini termasuk kategori cerita bodoh atau enggak, gue juga gak tau, yang penting ikutan..maksa banget, ya?? hehe..Cekidot..Selamat makan..

Ceritanya begini *benerin jilbab dan pakai maskara*, Saat gue masih unyu-unyu dan menggemaskan kayak peti kemas, waktu gue masih kecil, Mama mengontrak sebuah rumah yang bertepat di sebelah sekolahnya bersama dengan seorang temannya yang sudah berkeluarga juga. Kebetulan dapur kita satu atap. Jadi, kita saling mengetahui, kita masak apa dan makan ama siapa (eh?).

Entah karena gue saking pintar dan rajinnya, melihat kelapa yang sudah diparut di dalam baskom kecil milik teman Mama, tiba-tiba gue langsung menyiramkan minyak tanah ke dalam parutan kelapa yang sudah siap untuk diperas dan diambil santannya. 
Seharusnya, bukan minyak tanah yang dicampur, tapi air. Mungkin karena saat itu minyak tanah masih murah, jadi gue mencoba bereksperimen mencampurkan minyak tanah ke dalam parutan kelapa. Kira-kira gimana, ya..?? gulai rasa minyak tanah. Penasaran? Silahkan coba sendiri..!! :D

Demi menciptakan kerukunan antar tetangga, karena ulah gue, Mama terpaksa mengganti sebuah kepala eh salah..kelapa kepada temannya. Ini ceritaku mana ceritamu?? *nyegir kuda*