Makanan Setengah Gagal

Ngomong-ngomong soal masak-memasak,jaman SD,saya adalah orang yang agak sedikit malas untuk memasak. Tolong dicatat,yaa…Cuma sedikit malasnya…klo malas yg sedikit2 itu dikumpulin,malasnya jdi bukit..alias malas tingkat nenek dewa. Tau gak,kenapa saya malas memasak??karena main-main lebih enak dibandingkan masak..haha. Berdiri,panas2 di depan kompor itu gak bangetzz,ntar selesai masak badan jadi bau kompor,cabe,minyak,ikan,menyan..lha??

Saya akan memasak jika sambal yg dibikin Mama,yg tidak saya sukai. Ujung2nya,dengan berat hati harus masak,palingan yg dimasak telur dadar, telor mata kaki sapi, atau Mie goreng. Jika ada gerakan anti masak-memasak,saya dengan senang hati akan langsung bergabung. Kalau main masak-masakan saya jago bangetzz..

Saat itu,ada kegelisahan sendiri bagi Mama, anak gadisnya malas masak. Maklumlah, kalau gadis minang itu seharusnya bisa masak-memasak. Ketika itu,sebagian teman-teman perempuan saya sudah bisa memasak,masak beras (Benerkan masak beras?masak, masak nasi.  Dia kan sudah jadi nasi,kenapa harus dimasak lagi..ckckkc)mengoreng ikan,bahkan menggulai dll. Menurut saya,ukuran anak SD,itu sudah jago. Mungkin karena tuntutan profesi..eeh keadaan. (maaf) Sebagian besar ortu mereka berprofesi sebagai petani,jadi pulang ke rumah sore bangetzz. Jadi,urusan masak-memasak anak-anak mereka yg handle..

Sedikit berbeda dengan saya, Mama sekitar pukul 13:00 sudah sampai di rumah,sepulang mengajar. Sore hari masih sempat masak. Jadi,saya bisa main sepuasnya..horaaaiiii..(walaupun sampai main maghrib,masih belum puas mainnya..)

Seiring bumi dan jarum jam berputar,apa seh,yura??Kemalasan masak itu mulai memudar. Proses itu dimulai,ketika tamat SD,saya harus berpisah dari orang tua dan meninggalkan rumah,untuk bersekolah di sebuah sekolah khusus putri di Kota Padang. Sekolah saya ini,mengharuskan seorang anak putri harus mempunyai keterampilan walaupun gak jago (emang ayam jagoo?)setidaknya,bisa memasak dan menjahit.Mama memasukan saya kesekolah ini,karena melihat potensi "Malas Masak" saya tinggi sekali,jadi Mama harus rela berpisah dengan anak gadisnya yang unyu2 ini…#hueeekk (muntah 7 ember). Selain itu, keterampilan memasak dan menjahit (Tata Boga/Tata Busana),dimasukkan kedalam mata pelajaran sekolah,namanya "Keputrian". 

Setiap siswa mendapat jadwal piket masak yang didampingi oleh beberapa orang guru untuk menyiapkan makanan buat teman2 yg lain dan guru-guru. Mau gak mau,saya harus berdamai dengan sifat malas masak saya. Memasak bareng2 teman dan senior,terasa menyenangkan,ketawa-ketiwi,jadi masak di dapur tak terasa membosankan. Ya,saya menikmatinya..

Setelah tinggal di Asrama selama 3 tahun,status saya pun berganti menjadi anak kos. Yang harus menuntut,saya bisa masak juga. Walaupun kadang-kadang beli sambal. Kalau beli sambal terus,bokek donk saya. Makanya,alternatifnya harus masak. Sampai sekarang,status saya menjadi anak kos sudah bertahan 8 tahun..dahsyat kan??ayoo..mana award buat,saya??Mungkin boleh dibilang, saya sudah kebal dengan manis,asam,asin,pahit hidup jadi anak kos. Intinya,nikmati saja. Badaii pasti berlalu…apa seh,yuraa??

Waduh..kok mukadimah saya,panjang banget,yaa?sepanjang jalan kenangan..*lebay*Kalau mukadimahnya kayak gini,bisa2 jamaah pada lempar jumroh ke saya..#kaburrrr

Oke,saya langsung saja ke inti masalah. Kale ciliwung ini,saya mau menceritakan pengalaman masak-memasak yang berkesan dan tak terlupakan,kalau bahasa kampung saya disana unforgettable. Un itu singkatan dari Uni, Forget itu Lupa, Table itu meja..artinya,uni lupa meja..ngertikan??

"Sala Lauak Batu"

Sala lauak adalah makanan khas Pariaman,kalau ada teman2 yg berkunjung ke kota Pariaman ,jangan lupa membeli sala lauak. Tapi, di Padang banyak yg jual jga kok...hehe  Ini lo penampakannya,..

Comot disini

Ketika SMA,saya sekamar dengan Widia,yg kebetulan orang asli Pariaman. Berhubung weekend dan gak ada kerjaan. Ya udah,kita memutuskan untuk membuat sala lauak,katanya baru2 ini, dia sudah mencoba praktek di rumah. Yo wess,saya mah setuju2 aja. 

Kita pun menyiapkan bahan-bahan yang digunakan.Setelah menjadi sebuah adonan. Lalu,kita bulat-bulatkan. Kemudian,digoreng. Melihat sala lauak dalam gorengan,rasanya gimana gtu,pengen cepat2 melahap sama2 kualinya..(Woiii rakus amat ente,yuraa..kuali aja diembat..)

Setelah semuanya selesai digoreng,selanjutnya kita icip-icip. Ketika gigitan pertama,kepala saya langsung penuhi bintang2 plus tanda tanya..”kok sala lauaknya sekeras batu gini??” Widia pun mencoba mencicipi. Dia,mengakui keras juga. Kita langsung ngakak..sala lauaknya gagal..Ondeh Mandeh..

Karena kesal,gak bsa makan sala lauak yg diinginkan. Kita mencoba melempar sala lauak itu ke dinding. Saking kerasnya,gak mau pecah. Gak kebayang deh,gimana kalau kita memakannya,bisa-bisa gigi dan gusi saya rontok semua..*geleng2kepala*. Untuk menghargai jerih payah kita,kita pun memaksakan makan sala lauak itu,mungkin paling banyak 2 buah lah.Selebihnya dibuang. Sykur,kita bikinnya gak banyak. Teman saya itu,akan mencari tau apa penyebabnya ketika pulang kampung.Eh..ternyata-ternyata kita keburu pisah,karena masing-masing sudah tamat. 

"Bakwan Mpek-mpek"

Pas kuliah (emang loe,kuliah jg,yaa yura??tmpang ndeso gtu kuliah sgalaa..) Saya dapat teman sekamar dari Palembang,namanya Irma. Kita suka ngemil,apa saja dimakan,walaupun begitu,badan tetap aja gak nambah2. Kasihaaan..Kalau diikutin nafsu ngemil ,bisa2 dompet kering. Jadi,untuk mensiasatinya,kita bkin cemilan sendiri.biar ngirit gtu loo..

Waktu itu,kita memutuskan membuat bakwan. Bahan utama yg dbutuhkan adalah semen tepung. Sebelum mencampurkan adonan,saya memastikan dulu tepung yang dipakai. Saya ragu tepung yang kita pakai. Soalnya,waktu Irma mudik ke Palembang, pas kembali ke Padang, ia membawa tepung kanji,tepung untuk membuat mpek-mpek.Kalau Irma sering menyebutnya tepung sagu.Rencananya, Irma akan mencoba menunjukkan kebolehannya membuat mpek-mpek.

Bungkusan tepung itu tidak ada label yang menunjukkan tepung terigu atau tepung kanji. Akhirnya,kita mengambil keputusan,ini tepung terigu. Soalnya,sebelumnya pernah juga bikin bakwan,jadi kita beranggapan,tepung ini sisa yang kemaren.

Lalu kita mencampurkan semua bahan,dan siap untuk digoreng. Saya pun kebagian tugas goreng-mengoreng. Setelah minyak panas, adonan bakwan,siap dimasukkan kedalam kuali pengoreng. 1..2..3…cissss…adonan tadi mendarat masuk ke dalam kuali. Dalam khayalan,saya sudah membayangkan makan bakwan yang enak. Ternyata-ternyata,dalam beberapa menit,wujud bakwan yang dinginkan tidak sesuai dengan kenyataan. Saya histeris *lebay*

 “Irmaa..bakwannya kok mirip mpek-mpek,kenyal2 gimana gtu?”

 “apa yuraaaa??seriusss?”

 “seriusss lah,lihat aja klo gak percaya..”

Irma pun melihat,yang akhirnya suara tawa kita pecah dan membahana sampai langit ke tujuh,karena menertawakan diri sendiri yang rada-rada normal. Irma pun menyadari..

 “aku baru ingat yura.. ternyata tepung yang kita pakai itu,tepung untuk membuat mpek-mpek”

 “dasar,pelupa dipelihara..ya udah mari kita lanjutkan mengoreng bakwan mpek-mpek,enak-gak enak hajarr..yg pnting makan…” (Tipe Anak Kos yg gak mau rugi..hehe)

Ya udin,kita memutuskan untuk tetap mengoreng semua adonan. Mubazirrr tauu..kalau dibuang,dah capek2 bikinnya,masak dibuang. Lagian,kita kelaparan juga.  Akhirnya,tanpa ampun, bakwan mpek-mpek habis kita lahap berdua. Kalau dibagi ke yg lain,malu tau..dimana letak hidung,saya??

Semoga teman-teman bisa belajar dari kedodolan saya. Jangan sampai kejadian yg memalukan ini,dialami yg lain..hehe. Belajarlah dari kedodolan,karena dalam kedodolan ada kenangan yang tersimpan..apa seh,Yura??jangan sok bijak deh

Tulisan ini diikutsertakan dalam "GiveAway Nyam Nyam Eny Mamito"