Apa
kabar sodara-sodara sebangsa dan setanah air,semoga masih diberi kenikmatan
oleh ALLAH,nikmat hidup,nikmat sehat,nikmat kaya,nikmat ganteng,nikmat
cantik,nikmat jomblo..eeh?? Yang penting,jangan lupa bersyukur,yaa..:D
Oh
iyaa..saya mau berbagi duit cerita ne..tentang pendakian saya ke Gunung Merapi,biasa disebut
orang minang dengan Marapi dengan ketinggian 2,891 Mdpl. Merupakan Gunung yang
paling aktif di Sumatera Barat. Sebenarnya,sudah lama mau posting di blog
ini,tapi sering kelupaan (lupaa..atau pura2 lupa ne??hehe). Dengan rasa kasihan
yang teramati sangat *lebay*akhirnya postingan ini muncul juga di permukaan
bumi. Gimana gak kasihan,masak nongkrong di draf trus dari megawati jadi presiden
sampai SBY jdi presiden..gak bangetz kan??
Pada tanggal 27
juni tahun 2009. Basi-basi banget ceritanya,ya??klo ibarat makanan,sudah
jamuran,lumutan,karatan (lha??makanan apa
yg smpai karatan segala,yura??makan besi,ya??heuheu). Karena,ceritanya
sungguh teramati basi,klo ada yg mual2 dan muntah2,silahkan beli kantong di
pasar terdekat.
Saya mendaki bersama 5 orang teman sekelas, Hendra, Umank, Dwi, Rina, dan Mia, mencoba mengisi waktu liburan untuk mendaki Gunung Marapi. Kami berjumlah 6 orang, 5 orang cewek dan seorang cowok. Yang berpengalaman diantara kami berenam, adalah dwi. Pendakian bersama kami ini, adalah pendakian yang ke-8. Sedangkan kami pemula, sekaligus pendakian perdana. Sebenarnya yang ingin ikut bareng kami banyak,ada sekitar 20 an. Tapi,mereka gugur di medan pertempuran dan menjadi syuhada*lebay*. Ada yg gak dibolehin sama Ortunya,sama pembantunya,sama baby sitter nya,sama pacarnya,sama tetangganya,sama pak RT,sama Pak RW,sama ibuk2 PKK,dll. Ya..udah,mereka semua gak jadi. Alhamdulillah,masalah ijin perizinan dengan Mami and Papi,lancar2 saja tuh (Woii..pke Mami Papi segala ente,Yura?Pdhal,ke kampus jalan kaki doank tu..!!huu..#DiteriakinBanc*). Kalau perijinan dengan pacar loe gimana,Yura?#jleb. Gimana,yaa??kasih tau gak,yaa??lancar2 juga tu..(Ya iyalah lancar,punya pacar aja kagak..#JlebBgtzz) .Enakkan gak punya pacar??kemana2 gak perlu minta ijin dan dicurigain terus..yang penting restu dari Mamah tercinta dapat,itu lebih dari cukup.
Saya mendaki bersama 5 orang teman sekelas, Hendra, Umank, Dwi, Rina, dan Mia, mencoba mengisi waktu liburan untuk mendaki Gunung Marapi. Kami berjumlah 6 orang, 5 orang cewek dan seorang cowok. Yang berpengalaman diantara kami berenam, adalah dwi. Pendakian bersama kami ini, adalah pendakian yang ke-8. Sedangkan kami pemula, sekaligus pendakian perdana. Sebenarnya yang ingin ikut bareng kami banyak,ada sekitar 20 an. Tapi,mereka gugur di medan pertempuran dan menjadi syuhada*lebay*. Ada yg gak dibolehin sama Ortunya,sama pembantunya,sama baby sitter nya,sama pacarnya,sama tetangganya,sama pak RT,sama Pak RW,sama ibuk2 PKK,dll. Ya..udah,mereka semua gak jadi. Alhamdulillah,masalah ijin perizinan dengan Mami and Papi,lancar2 saja tuh (Woii..pke Mami Papi segala ente,Yura?Pdhal,ke kampus jalan kaki doank tu..!!huu..#DiteriakinBanc*). Kalau perijinan dengan pacar loe gimana,Yura?#jleb. Gimana,yaa??kasih tau gak,yaa??lancar2 juga tu..(Ya iyalah lancar,punya pacar aja kagak..#JlebBgtzz) .Enakkan gak punya pacar??kemana2 gak perlu minta ijin dan dicurigain terus..yang penting restu dari Mamah tercinta dapat,itu lebih dari cukup.
Aduh..kok ceritanya
dah muter2 kayak komedi puter,ya??heuheu..Maaf yee..
Kembali ke tanktop
laptop..
Kami start dari
Padang menuju Koto Baru Padang Panjang,kurang lebih menempuh 2 jam perjalanan.
Rasanya gak nyangka aja,akhirnya saya akan mendaki Gunung Marapi (Truss gw
harus bilang Wooww gtu…??) Wooowwww….Ya,iyalah itu Woow bangetz,biasanya,saya
hanya bisa menikmati keindahan gunung ini,yg kadang2 tertutup awan dari kejauhan.
Dan sebentar lagi,saya akan menaikinya..(Saatnya
bilang Woow) Wooowww..
Sesampai di Koto
Baru,kami beres2 dulu,makan siang,dan membeli perlengkapan yang dirasa kurang. Selepas
zuhur,kami menyusuri jalur pendakian. Kami,melewati perkebunan masyarakat,kebun
wortel,kebun bawang,kebun tomat,dll. Setelah berjalan kurang lebih 20 menit,teman
saya Umank kepalanya mendadak sakit. Piye iki??umank juga mempunyai penyakit
asma ra. Sebelum sampai di pos pendakian, kami sering berhenti. Umank
tetap semangat untuk bisa sampai di puncak. Rasanya tidak mungkin harus balik
ke Padang. Ada sedikit kekhawatiran dalam benak saya, kalau2 asmanya Umank
kumat di perjalanan. Alhamdulillah, tidak terjadi apa-apa.
Istirahat bntar,dulu aah.. |
Tak terasa,kami
menyebrangi jembatan bambu.Ketika
melewati jembatan ini,saya takut sekali pemirsa..sampai2,saya tangan saya
harus dipegang oleh Hendra. Di bawah jembatan itu bnyak batunya,kalau saya jatuh,aduh..duh..gak
kebayang deh. Jembatan itu harus dilewati satu-persatu atau berdua-dua,kami
malah isi bertiga saking takutnya menyebrang,pantesan jembatan itu bunyi2.
Pokoknya menegangkan sekali ,seperti duduk di kursi panas *lebay*
Setelah melewati Jembatan Batuang (jembatan bambu). Kami istirahat sejenak. Ketika asyik istirahat, hujan
pun turun. Kami langsung kalang-kabut mendirikan tenda. Karena kelamaan
mendirikan tenda, kami pun basah kuyup. Walaupun basah kuyup, kami pun tetap
masuk tenda dengan pakaian basah.Dingiin Mak..
Setelah hujan
reda, kami pun melanjutkan perjalanan. Jalanan licin sekali, kami harus selalu
hati-hati. Baru berjalan setengah jam, teman saya, rina kecapekan. Tempat
istirahat yang landai lumayan jauh. Sesuai arahan dwi, kami harus tetap lanjut.
Jadi, dwi menyandang ransel rina. Dwi bener-bener kuat, menyandang ransel depan
belakang. Beberapa saat kemudian, kaki saya mendadak ngilu, mendaki sambil
membawa beban rasanya tidak kuat. Sepertinya, karena pakaian saya basah. Saya tidak bisa memakai pakaian basah
terlalu lama, pada saat itu udara mulai dingin. Ransel saya pun dibawa oleh
teman saya, hendra. Saya merasa tidak enak, karena sudah merepotkan hendra.
Saya paksakan untuk untuk tetap jalan sampai menemukan tempat yang cocok untuk
mendirikan tenda. Sepanjang perjalanan, saya menyanyikan salah satu iklan susu
anak-anak. Kalau tidak salah, liriknya begini. “Aku bisa.., aku pasti bisa..ku tak mau berputus asa..aakuu pasti
bisaa..”. Teman-teman yang lain,senyum-senyum aja. Ternyata lagu ini ampuh
membuat saya untuk tetap semangat. Saking semangatnya, saya mendaki ala suster
ngesot. Teman yang lain menggunakan kaki, saya menggunakan pantat dahulu,
karena kaki masih ngilu sambil
berpegangan pada ranting dan akar pohon. Sampai sekarang saya dijuluki pendaki gaya
suster ngesot oleh teman-teman.Ondeh Mandeh..
Menjelang maghrib,
akhirnya kami menemukan tempat yang landai untuk istirahat. Suhu pun semakin
dingin. Kami pun membuat api unggun sambil menghangatkan tubuh. Setelah itu
bersantap malam. Selesai makan, kami pun istirahat. Karena, jam 11 malam kami
akan melanjutkan perjalanan lagi. Agar ketika matahari terbit kami sudah sampai
di puncak. Ketika mau tidur. Ternyata teman saya Hendra lupa bawa sleeping bag. Tau kan apa itu sleeping bag?? Itu lo,bentuknya seperti
kantong mayat,tpi empuk,kalau masuk kedalamnya badan kita terasa hangat dan
enggak kedingin lagi.Sudah terbayang bentuknya kan??
Akhirnya, teman saya Mia, merelakan sleeping bag nya untuk hendra, kasihan Hendra sudah capek membantu kami. Kami berharap, Hendra bisa tidur nyenyak, agar staminanya kembali. Karena, Mia meminjamkan sleeping bag nya kepada hendra.Maka kita berdua dalam satu sleeping bag. Untuk memasang resleting saja, kita minta bantuan.Beruntung juga badan kita kurus.
Akhirnya, teman saya Mia, merelakan sleeping bag nya untuk hendra, kasihan Hendra sudah capek membantu kami. Kami berharap, Hendra bisa tidur nyenyak, agar staminanya kembali. Karena, Mia meminjamkan sleeping bag nya kepada hendra.Maka kita berdua dalam satu sleeping bag. Untuk memasang resleting saja, kita minta bantuan.Beruntung juga badan kita kurus.
Berdua dalam sleeping bag, rasanya panas sekali
sampai-sampai saya keringatan. Ibaratnya kita senasib sama ikan sarden.
Walaupun begitu, kita tetap menikmati. Mungkin sampai nanti kenangan ini tak
terlupakan. Kadang ketika kami berkumpul, tragedi satu berdua dalam sleeping bag menjadi pembahasan yang menggelikan dan menghebohkan.
Ada juga pengalaman yg menghebohkan selain itu,saat saya mencium kaus kaki
basah milik Mia. Maklumlah,yaa..di Gunung aliran listrik belum masuk. Heran deh ama PLN,kok belum juga mengaliri arus listrik sampai ke puncak gunung. Jadinya
kami di dalam tenda gelap-gelapan. Berhubung ransel Mia dekat dengan saya, ia meminta
mengambil kaus kaki,kerena gelap,saya meraba dan memanfaatkan indra penciuman.
Akhirnya saya menemukan kaus kaki basah dan membaukannya. Saya membaukannya
itu,untuk membedakan mana kaus kaki busuk yg udah di pakai dan mana kaus kaki
yg masih bersih. Alhamdulillah,saya menemukan yg bersih. Karena,ulah saya
mencium kaus kaki itu,Mia selalu ketawa2,katanya Yura itu bisa bikin ketawa klo
liat ulahnya..Biasa aja kan ceritanya??Ntah lah,saya juga heran,Mia selalu
ketawa klo lagi cerita masalah kaus kaki,gak di kampus,gak dikosan teman..ckckc
Jam pun
menunjukkan pukul 11 malam, kami pun berkemas untuk meneruskan perjalanan.
Menurut saya, mendaki malam-malam sedikit menguntungkan. Karena, tidak secapek
siang hari. Selain itu, medan yang menanjak tidak terlalu kelihatan jadi saya
tidak bisa mengeluh untuk bilang masih jauh. Tetapi, kita harus lebih waspada.
Di perjalanan, saya bertemu dengan rombongan dari Malaysia sebanyak 40 orang, barisan
mereka mirip ular tangga. Kebetulan juga, kami lagi istirahat sambil menikmati cappuccino panas. Kamipun menawarkan
untuk minum, salah satu diantara mereka menerima tawarannya, dan kemudian
meneruskan perjalanan, dan tidak lupa
mengucapkan terima kasih.
Beberapa saat
kemudian, kami bertemu dengan 3 orang abang kos hendra (Bang heri, Bang eko dan
Bang Imunk) yang ikut mendaki. Tapi, mereka berangkat belakangan. Akhirnya kami
gabung dengan mereka. Saya senang juga, bisa gabung dengan abang-abang itu.
Setidaknya, rasa takut saya berkurang, soalnya malam semakin larut. Cowok cuma
hendra seorang. Kami saling bantu-membantu,
apalagi saat menanjak dan melewati akar2 pohon yg licin.
Tak terasa,
perjuangan yang melelahkan terobati juga. Pukul 05:30 pagi kami sudah sampai di
Cadas. Kayak kami lelet bgtz,yaa??hehe. Cadas itu,sebuah padang yang tandus dan terjal,yang merupakan batas tumbuh
vegetasi (banyak bebatuan dan pasir hasil letusan gunung). Pemandangan kota Padang
Panjang dan Bukittinggi terlihat jelas karena pantulan cahaya lampu. Serta
pemandangan Gunung Singgalang dan Gunung Tandikek yang masih diselemuti awan.
Gunung Merapi,Gunung Singgalang,dan Gunung Tandikek letaknya berdekatan,jalan
raya adalah batas pemisahnya.
Gn. Tandikek dan Gn.Singgalang |
Sunrise |
Keinginan untuk melihat sunrise
tercapai juga. Walaupun belum sampai di puncak, melihat pemandangan , membuat
kita untuk bisa bersyukur atas nikmatNya. Selain itu, saya merasa begitu kecil,
tak berarti apa-apa dibandingkan dengan kekuasaan Tuhan. Jadi, tak ada gunanya
kita untuk menyombongkan diri. Kamipun, istirahat sejenak dekat tugu abel dan
sekaligus membuat sarapan pagi. Udara yang dingin,berhasil membuat perut kami
keroncongan. Menu sarapan kami pagi ini,bubur kacang ijo.
lagii masak ne,jgn dganggu yaa.. |
Puncak merpati
serasa memanggil dari kejauhan (Yuraaa...yuraa..come here..3x). Setelah mengisi perut seadanya untuk menambah
energi, biar tetap semangat. Kami melanjutkan perjalanan.Untuk sampai di Puncak
Merpati,kira2 20 menit perjalanan. Umank dengan Bang Imunk, tidak bisa ikut. Mereka
tetap istirahat dekat tugu Abel. Bg imunk sebelum capai puncak, pernah muntah-muntah,sepertinya
emang butuh istirahat. Sedangkan Umank kedinginan. Mereka, bertugas menjaga
perbekalan kita.
Asap mengepul
dari kawah. Bau belerang menyengat dengan tajam, maka kami harus tutup mulut
biar tidak keracunan. Sebelum sampai di puncak Merpati, kami singgah dulu di
taman bunga edelweis. Rasanya, saya bermimpi bisa meyentuh dan bermain di taman adelweis. Tapi ini nyata Broo..(nampar2 pipi). Biasanya, saya cuma dikasih
bunga kalau ada teman yang mendaki. Sekarang, saya bisa menyentuhnya dengan
langsung bunga abadi itu. Wooww…amajiingg..
Setelah puas main
di puncak,kami harus kembali. Kabut sudah menyerang,dan kami berjalan tidak
boleh berjauhan,karena kabut penglihatan menjadi berkurang.
Pukul..berapa,ya?gak
ingat lagi ne..anggap saja sekitar pukul 12 siang,kita meninggalkan puncak.
Ternyata,hujan datang tiba2,dan kita langsung mendirikan tenda. Maklum kalau
hujan2,perut bawaanya laper,maka kami memutuskan memasak dan sekaligus makan
siang.
Selesai
makan,kami bergerak turun. Jalanan yg licin,membuat kami harus berjalan hati2.
Tapi Bg Heri,mencoba merosot dan saya pun ikutan. Tapi,jangan asal merosot aja,takutnya
langsung ada jurang dibawah,berabe kan??
ikut main prosotan aah.. |
Ditengah
perjalanan pulang, tangan Umank keseleo karena tangannya mencoba menahan berat badan
saat menurun. Jadi,diantara kita bergantian mengandeng umank sampai di bawah. Ternyata-ternyata,Bg
eko kakinya mendadak keseleo juga,karena jalanan licin. Sampai-sampai Bg eko
berjalan menggunakan tongkat kayu,kayak penyihir gtu..hehe. Melihat kondisi
teman2 seperti itu,kami harus berjalan pelan-pelan dan harus bersabar untuk
sampai di bawah. Ketika,para pendaki yang lain,turun begitu cepat.
Tak terasa,saat
azan berkumandang,kami sampai di bawah dan melihat dunia yang sebenarnya
*lebay*. Segera kami singgah di mesjid terdekat, sekalian numpang mandi. Secara
tampang kita (kitaa??loe aja kale,Yuraa..)Oke,saya aja. Tampang dan penampilan
saya sudah gak karuan,baju,celana,jilbab kotor. (Berani kotor itu baikk Yuraa..)
Hari semakin
malam,bus yang mengarah ke Padang sudah jarang lewat,kalau ada yg lewat,itu pun
tidak bisa membawa kami semuanya. Sejenak kita menggembel bersama-sama di tepi
jalan. Syukur2 ada yang mau kasih duit. Sayang,gak ada tu. Mungkin,penampilan
gembelnya,kurang meyakinkan.
Akhirnya,ada juga
angkot lewat dan bersedia mengantarkan kami ke Padang dengan biaya yang telah
disetujui. Lega rasanya,gak jadi ngegembel. Baru beberapa menit dalam
angkot,suasana hening seketika kayak di kuburan..tak lain dan tak bukan,kami
semua tertidur akibat disulap uya kuya. Pukul 11 malam,akhirnya kita
sampai di kosan.
Walaupun
perjalanan yang melelahkan,tapi terasa menyenangkan dan berkesan. Tergantung
dimana kita bisa melihat kejadian yang kita lalui.
Hujan, terpeleset,
keseleo, capek dan segala rasa yang tidak mengenakan. Akhirnya kami bisa
melewati. Seperti itu pula lah hidup untuk mencapai puncak kesuksesan. Begitu
banyak rintangan dan halangan yang bisa membuat kita lemah dan bahkan mundur
untuk tidak melanjutkan sampai puncak. Tak masalah, ketika kita harus berhenti
sejenak, dan kemudian melanjutkan lagi. Jangan sampai, lelah dan capek mengubur
semangat untuk sampai ke puncak. Ketika semua itu bisa dilewati, perjuangan
yang melelahkan akan terasa lebih indah. Ketika sampai di puncak, kita jangan
melupakan begitu saja perjuangan hingga mencapai puncak..*sok bijak*
Sejatinya,mendaki gunung bukan untuk menaklukkannya,tapi untuk belajar mensyukuri dan mempelajari ciptaanNya.Lantas karena kita sudah menginjakkan kaki di puncaknya,kita menyombongkan diri karena berhasil menaklukkannya.aah..itu mah sombong sekali. Seandainya,gunung itu menyemburkan magmanya keluar,gimana??apa masih berani menyombongkan diri??
Oh iya,ini ada oleh2 dari Gunung Marapinya..silahkan diicip2..
Taman Adelweiss |
busettt, kalo gwe mungkin belum berani buat berpetualang backpaker sejauh itu, hebat bangett ihh, cewe aja berani.
BalasHapusehh ngomong2 di puncak gunungnya itu ada yang jual kasur ama guling portable gakk, heheheh sama selimut seklian
Foto yang pertama, saya paling gak suka kalo harus melewati jalan aspal lurus tak berujung macam itu Yura. Hahaha...
BalasHapusAwalnya ku kira gunung Merapi yang ada di Jawa. Sudah heboh bin iri aja saya. ternyata salah. Hwahaha.. Ampuunn ampuunn...
Merinding baca tulisannya. Apalagi edelweisnya. Kangeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeennn >,<
Jadi pengen kesana nih yura.
HapusHahaha
Begitulah hidup. Begitu banyak rintangan yg menghalangi saat kita berusaha utk mencapai puncak. Tak ada salahnya kita istrhat sejenak dan kemunidian melanjutkannya kembali. GUe suka banget kalimat itu.
waawww kereen,,pernah sih ke sumbar,,tapi gak prnah mndaki gunung merapi,,keren bgt pemandangan disna,,kapan ya bisa nyoba??
BalasHapusIkuuuuuuut! pngn berpetualang juga nih...
BalasHapustapi, boleh gak ya ma mama. susah izinnyanih...
jadi inget zaman SMA deh , pas masih ikut gempala hhe .
BalasHapusjadi pengen lg deh ngedaki gunung lewati lembah gt *lagu kali :)) ..
kapan2 ajak gue dong *ngarep
*Mendadak nyanyi** mendaki gunung lewati lembah ,sungai mengalir indah ke samudra..wkwkwkwk
BalasHapuspendakian kegunung , aku juga pernah naik gunung di daerah ku tp nggak sampe puncak ,baru pertengahan udah kelelahan jd mutusin turun lagi...emang seru banget deh.
wow .. foto fotonya ... keren ! .. jadi pengen mendaki juga ke sana
BalasHapusgue juga pernah nih backpacker kaya gini, tapi backpackernya di Ijen. Gunung vulkanis aktif yang ada di Banyuwangi. dan sumpah petualangannya keren beud #eh *kenapa jadi gue yang curhat?* ._.
BalasHapuskalimat pembukanya hikmad banget :)
BalasHapuspengen juga ngerasain kaya gitu menyatu sama alam (bukan penyanyi).
utung ga terjadi apa-apa wkatu nyeberangi jembatan bambunya, padahal itu udah over banget..
Kampuang wak ndak jauah ndoh ni dari marapi. Wak di gang kecap padang panjang dakek pasa nyo. Nanti kalo aku pulang kampung ajak ya kak buat naik gunung yg lain. Ya ya ya ???
BalasHapussebagai orang Lombok, saya mengundang para pecinta pendaki gunung, untuk sekedar bertandang di gunung Rinjani.. :)
BalasHapuswah gila mendaki gunung malam-malam begitu. Bagaimana kalau tidak sengaja berjalan ke jurang he he.
BalasHapusMemang perjalanan pendakian ke puncak gunung akan selalu meninggalkan kenangan yang susah untuk dilupakan. Tapi dulunya saya mendaki masih jaman batu kali yahhh. udah lama banget, yang ketika itu hape belum banyak apalagi memiliki kamera digital itu sebuah kemewahan.
yah akhirnya saya hanya bisa bercerita. tidak ada bukti konkretnya. he he..
Sumfeh petualang sejati nih <--
BalasHapusseru kali ni yura...nekat juga kalian ya ..hehe
BalasHapusitu jembatan bambunya sekarat kali kayaknya :D
aku seumur hidup belum pernah mendaki, pengennya ke puncak rinjani sih...hehee..
pembukaannya sukak bgt :)
BalasHapusagak ngeri pas jembatan bambu :|
pengen kesana ajakin donkkk :(
yg namanya mendaki itu cape & berat ya. Tp kl udah sp di puncak rasanya seneng.. Btw, itu jembatan bambunya ngeri bgt..
BalasHapuskeren banget tuh kayanya, btw, saya habis dari penanggungan juga lo :)
BalasHapuswih jalanan bisa sampai licin gitu ya, aku kira merapi di daerah jogja sana haha
BalasHapusblogwalking ya :D
sapa yang ingin kenal dirinya tuk kenal sapa Tuhannya adalah dengan mengenal alam semesta ini.. alam lingkungan kita.. pendakian2 spt ini juga salah satu sarana tuk mencapai itu.. hmm.. menyenangkan bisa meluangkan waktu tuk mengeksplor alam seperti ini ;(
BalasHapusKereeeeen! Jadi teringat dulu gara-gara liat foto alm papa daki gunung Marapi ama tmn2nya jadi suka hiking di hutan ^_^
BalasHapusTapi sayang, coba klo masih gadis, berani deh mendaki bareng Yura! *langsung senam pilates nurunin berat badan*
Hebat kamu ya,,,dah nyampe taman edelweiss !!
BalasHapussukkaa..
BalasHapuspengalaman pertama yang mengesankann :)