Apa yang sobat
lakukan saat berada di suatu tempat pertama kali di kunjungi seorang diri dan
harus menunggu kedatangan travel dalam waktu yang cukup lama?? Mungkin ada yang
menjawab istirahat,duduk disuatu tempat,atau berkeliling sekalian jalan-jalan bisa juga sekalian nyari pacar.
Kalau saya lebih
memilih jawabannya,jalan-jalan bahasa kerennya Travelling. Itu
yang saya lakukan saat berada di Kota Palembang pada pertengahan agustus ini.
Ini kali pertama saya menginjakkan kaki di kota yang terkenal dengan makanan
khasnya, mpek-mpek. Kedatangan saya ke Provinsi ini untuk menghadiri pesta pernikahan
sahabat saya,Irma. Dari Kota Palembang menuju kediaman Irma,butuh waktu sekitar
1,5 jam perjalanan.
Pukul 07:00 pagi
saya sudah berada di Kota Palembang,setelah menempuh perjalanan 21 jam dari
Kota Padang. Tempat yang pertama saya datangi adalah Mesjid Agung Kota
Palembang. Saya mengikuti saran Irma,karena travel menuju rumahnya terletak bersebrangan dengan Mesjid Agung.Maka,saya
harus menemukan mesjid ini terlebih dahulu. Bersyukur,dengan mudah saya bisa
menemukan mesjid ini atas bantuan Bapak Sopir Angkot yang baik hati.
Sesampai di depan
mesjid,saya mencoba menghubungi Irma dan memberitahu saya sudah sampai. Tak
perlu pusing tujuh keliling,dengan mudah saya bisa menemukan lokasi travel yang
di maksud,walaupun gak pas-pas amat,yang penting tau.hehe.Berhubung saya sampai
diluar dari prakiraan Irma,saya sampai kepagian lho..Ia yang sudah 4 tahun
mondar-mandir jurusan Palembang-Padang untuk studi di Padang,jadi sudah lebih
berpengalaman dibandingkan saya yang baru pertama kali kesini.
Travel menuju
kampung Irma mulai berangkat pukul 09.00 pagi. Sedangkan saya sudah ada pukul
07.00. Rasanya gak mungkin,saya menunggu dalam waktu yang cukup lama hanya dihabiskan
buat menunggu. Rasanya waktu terbuang-buang sia-sia. Irma menyarankan untuk mampir ke
Jembatan Ampera yang menjadi Ikon kota ini sambil berfoto-foto ria. Saya
mengiyakan saja sambil mikir di jamban tetangga “apa??masak sepagi ini saya suda bernarsis ria di atas jembatan,apa kata
dunia??”.
Akhirnya,setelah
numpang bersih-bersih di toilet mesjid,karena tampang udah gak karuan,susah
bedain mana saya yang asli ama gayung Syahrini (lhaa??).Alhamdulillah tetap gak pake mandi,jadi tampangnya masih 11
12 dengan wujud sebelumnya.
Berhubung masih ada
waktu..di bawah lindungan teras mesjid saya mencoba berpikir,”kemana kah kaki ini akan ku bawa?”. Saya
termasuk orang yang gak bisa diam dan mudah bosan kalau menghabiskan waktu
untuk menunggu dan gak ngelakuin apa-apa. Hanya duduk diam di Mesjid. Oh
Noo..ini bukan ide yang bagus. Saya gak boleh hanya duduk dan diam disini, .
Kalau hanya duduk dan diam saja,di rumah juga bisa. Selagi masih ada kesempatan
saya harus manfaatkan,jangan sampai menyesal saat waktu sudah berlalu.
Mesjid AGung Kota |
Dengan mengepalkan
tangan di udara dan mengeratkan ikat pinggang,saya mulai beranjak meninggalkan
mesjid. Mau kemana Yura?? Gak tau mau
kemana,saya juga binggung. Sempat ragu juga sebenarnya,kalau saya nyasar
gimana?atau saya diculik ama teroris trus dilempat ke Sungai Musi. Berarti saya
gak bisa menghadiri Pesta Pernikahan sahabat saya donk. Niat datang kesini
untuk menghadiri hari bahagianya. Bisikkan-bisikkan itu mencoba menghentikan langkah
saya. Dengan ilmu gombal-gembel yang saya punya,bisikkan itu bisa dilawan.
Dari kejauhan yang
terlihat hanya puncak menara Jembatan Ampera. Saya binggung kemana lagi selain
kesana. Handphone yang saya bukan smartphone
yang bisa mencari informasi yang diinginkan. Hebatnya,saat mati lampu saja bisa
berubah menjadi senter.hehe. Jadi,kita mau kemana ne?? Saya binggung mau
kemana,yang penting jalan dulu mengikuti arah angin. Di sebrang mesjid ada
terlihat sebuah monumen,saya pun berjalan mendekatinya. Saya harus berjuang
untuk menyebrang jalan yang dipadati kendaraan bermotor yang lalu lalang.
Saya pun berhasil
mendekati Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) yang diresmikan pada tanggal 23
februari 1988. Setelah mengamati dan jepret-jepret sana-sini. Saya kembali
mengikuti arah angin. Di ujung jalan saya melihat penunjuk jalan,disana
tertulis “Museum Sultan Mahmud Badaruddin II” alahkan senangnya hati ini saya
bisa menemukan sesuatu yang bisa dikunjungi. Saya termasuk orang yang gak
milih-milih tempat untuk dijelajahi.Kemana aja hayooo..yang penting
jalan-jalan. Apalagi kalau jalan-jalan ke hati mu..(lha???).
Saya pun mengikuti
arah panah tersebut. Yup,saya menemukannya. Setelah berkeliling museum kesana
kemari,ternyata pintu masuknya masih dikunci. Mungkin,karena saya datangnya
kepagian. Aduuh..tapi,gak apa-apa deh,walaupun hanya melihat luarannya saja.
Saya pun menemukan
persimpangan. Pilih yang mana ya??saya memilih untuk menuju ke Dermaga Sungai
Musi untuk duduk-duduk menikmati pemandangan dan kesibukkan disekitarnya.
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II |
Jembatan Ampera |
Tak berapa lama
duduk-duduk disana,saya berjalan menuju Benteng Kuto Besak yang bisa dijangkau
dengan berjalan kaki dari Dermaga Sungai Musi. Sayang seribu sayang,saya tidak
bisa memasukkinya. Karena,dalam lokasi benteng lagi di pakai untuk latihan
upacara persiapan upacara 17 agustus nanti. Saya pun terus berjalan ke arah
barat menuju sebuah restoran terapung yang berada di tepi Sungai Musi. Mau
sarapan ya Yura?? Aah..gak kok..ngeliat doank -_________-,Restorannya belum
buka kakak. Walaupun hanya melihat dari luar saja,rasanya bahagia banget (Ini orang aneh banget ya..cuma ngeliat
senangnya udah minta ampun). Dulu,saya hanya bisa melihat restoran ini
ditanyangkan dalam Televisi,artis ibukota kalau datang ke Palembang suka makan disini.Hari ini saya ada di depannya,walaupun gak
makan.hehe..Berasa mimpi *Tampar-tampar Pipi Sendiri*.
Jika mengunjungi
suatu tempat baru,kurang lengkap rasanya jika tak mencicipi kulinernya. Ternak
dalam lambung mulai protes untuk diisi,karena sejak berangkat dari Padang saya
belum memasukkan nasi ke dalam lambung. Saya terus berjalan mendekati ke arah
ujung jembatan. Tak jauh dari sana,banyak pedagang kaki lima berjualan makanan.
Setelah melihat menunya,saya menjatuhkan pilihan untuk makan Tekwan. Jika di
Palembang “Tekwan”menjadi makanan yang banyak terdapat disini,jika di Kota
Padang menjadi makanan langka. Se tau saya,hanya ada 1 warung makan yang
menjual “Tekwan” ini. Jadi,tak ada salahnya saya mencoba mengganti selera.
Tekwan |
Tak terasa waktu mendekati pukul 09:00
WIB,setelah puas cuci mata sambil melihat brondong manis di tepi Sungai Musi
dan mengisi perut. Saya kembali berjalan menuju tempat mangkal travel yang
menuju Sri Bandung yang termasuk kedalam Kabupaten Ogan Ilir. Saya mencoba
mempercepat langkah,takut ketinggalan biar segera sampai dan bertemu Irma.
Ditengah jalan,saya mencoba bertanya kepada Bapak Tukang Parkir dan Pedagang
Kaki Lima biar lebih meyakinkan lagi apa benar disana tempat travel menuju
daerah Ogan Ilir. Ternyata,jawaban mereka sama semua.Saya lakukan untuk
berjaga-jaga,mana tau posisinya udah berpindah.
Melihat mobil
travelnya sejenis mobil pribadi,saya pun coba mendekati dan menanyakan jurusan
mobil ini. Yups,ternyata bener ini mobilnya. Ketika saya menyebutkan alamat
jelasnya dan menyebutkan nama Irma,sahabat saya. Sang Sopir pun
mengenali.Mereka teman sewaktu kecil. Saya menjadi senang,InsyaAllah saya akan
aman dan Ia akan mengantarkan saya ke alamat yang tepat.
Sambil menunggu
penumpang yang lainnya,saya ijin untuk masuk mobil duluan karena kaki udah
capek berkeliling,rasanya pengen segera tertidur. Sebelum tidur saya jadi
kepikiran apa yang saya lakukan mulai dari Padang. Memilih sendiri berangkat ke
Palembang karena teman-teman yang lain pada sibuk,sesampai di Palembang mencoba
memberanikan diri untuk berkeliling kesana-kemari,padahal baru pertama kali
kesini walaupun ada sedikit rasa takut. Ternyata,untuk menemukan hal-hal baru
tersebut kita harus sedikit lebih berani dan menghilangkan rasa takut,dan
sisakan sedikit rasa takut untuk pengingat agar kita lebih waspada dan
hati-hati..Waspadalah..waspadalah..
Mungkin ini belum seberapa kenekatan saya di bandingkan "Duo Nekad Traveller" Gofar dan Nila Tanzil. Penasaran dengan kenekatan mereka berdua silahkan klik-klok ini dan ini.
Kenekatan itu bermula dari niat dan semua tergantung niat..Waspadalah..#SokBijaksana
Mungkin ini belum seberapa kenekatan saya di bandingkan "Duo Nekad Traveller" Gofar dan Nila Tanzil. Penasaran dengan kenekatan mereka berdua silahkan klik-klok ini dan ini.
Kenekatan itu bermula dari niat dan semua tergantung niat..Waspadalah..#SokBijaksana
jalan2 nekad yang akhirnya membuat lapar....tekwan-nya bikin perutku jadi lapar...salam :-)
BalasHapushehe..
Hapusiya mas..jalan2 kn butuh energi..jdi laperr deh..:D
hay yura lama gak mampir kemari :D itu sayang banget mampir api gak nyobain. gak nyesel tuh? hehe lu bener2 nekad dah itu
BalasHapusiyaa..kyknya Bli Yoga sbuk melalang buana deh..hehe
Hapuswah jalan2 yg pastinya menyenangkan...foto2nya bagus2...sukses untuk anda
BalasHapusAlhamdulillah..walaupun sndiri hrus dbwa snang..
Hapusmakasii..
120 menit menunggu yg gak sia2, ya :)
BalasHapushehe..iya mbak..daripda bengong kyk kmbing ompong..:D
Hapus21 jam??? kemudian ditambah nunggu dua jam terus perjalanan lagi 1,5 jam??? Whaaaaaaaaaaaaowwwww.. *shocked*
BalasHapuskamu hebat Yura!!!
wahhh..,
BalasHapuscoba bilang-bilang kalo main k palembang, nanti di guide-in,hehe
("^,^)
aaiiihh,, udah nyampe aja neng yg satu ini di palembang.
BalasHapusMau tekwannya?