Lebaran sudah
menjadi kebiasaaan penduduk Indonesia untuk bersilaturahmi ke rumah sanak, yang
hanya mungkin bisa bertemu setahun sekali. Entah karena alasan jarak dan
kesibukkan sehari-hari yang menguras waktu. Saling mengunjungi dan
bersilaturahmi menjadi moment langka
yang hanya dapat dilakukan saat lebaran tiba.
Bagi yang
merantau, jauh dari dari keluarga dan kampung halaman, akan melakukan ritual
mudik untuk merayakan Idul Fitri bersama dengan keluarga di kampung halaman. Setelah
menyelesaikan shalat Idul Fitri, biasanya kita akan saling bersilaturahmi,
mulai dari tetangga, sanak-saudara dan teman-teman. Beberapa hari kita akan
disibukkan berkeliling ke sana-kemari, dari yang dekat sampai yang jauh
dikunjungi. Itulah yang terjadi saat Idul Fitri.
Lain hal
dengan keluarga saya. Kita tidak bisa melakukan hal yang sama seperti
kebanyakan orang lainnya. Bukan karena kita mengurung diri dalam rumah atau
takut dimintai THR ( Tunjangan Hari Raya). Bukan itu. Tapi, memang karena kita
menjadi rumah tujuan yang sering dikunjungi oleh sanak-saudara dan famili.
Selesai shalat
Idul Fitri, keluarga dekat sampai yang jauh, tetangga dekat sampai yang jauh, famili
dekat dan jauh, silih berganti datang ke rumah 3 sampai 4 hari ke depan. Saat
lebaran, kita sekeluarga hanya disibukkan menyambut tamu dan melayani tamu yang
datang.
Salah satu
alasan rumah saya dijadikan salah satu kunjungan terfavorit karena, kita
sekeluarga tinggal bersana kakek dan nenek. Suatu bentuk penghormatan juga bagi
sanak keluarga untuk mengunjungi orang yang lebih tua. Karena didukung faktor usia
dan kesehatan, kakek dan nenek tidak memungkin lagi untuk mengunjungi rumah
keluarga lainnya.
Selain itu, di
dalam pihak keluarga papa, papa adalah salah satu anggota keluarganya yang
bertempat tinggal jauh dari Kota Padang, sehingga rumah kita menjadi destinasi
yang paling sering dikunjungi oleh saudara dan ponakan yang jauh-jauh datang
dari berbagai daerah, ada yang datang dari Jakarta dan Pekanbaru, dan selain
itu, dalam rangka silaturahim juga dimanfaatkan sebagai jalan-jalan.
Kadangkala
rasanya ingin juga ikut merasakan suasana mengunjungi rumah keluarga dan
kerabat lainnya. Dari tahun ke tahun, kita selalu di rumah. Di rumah lagi, di
rumah lagi. Setiap lebaran, tugas membersihkan rumah menjadi berlipat ganda. Rumah
jadi cepat kotor, piring dan gelas menumpuk lebih banyak. Ya, begitulah yang
dirasa jika lebaran lebih banyak di rumah.
Semua itu
bukanlah hal yang terasa membebani. Menjadi rumah tujuan untuk dikunjungi itu
adalah suatu hal yang spesial dan berarti. Kelelahan tak terlalu berarti, jika
setiap yang datang ke rumah menjadi senang hatinya, enak makannya, dan renyah
tertawanya.
Berlebaran
juga bukan soal siapa yang lebih banyak mengunjungi, tapi bagaimana bisa
mensucikan diri dengan memaafkan diri dan keluarga, tetangga, kerabat atas
segala kekhilafan yang terjadi, dan terus berusaha menjadi diri lebih baik
lagi agar kembali fitri.
Jangan lupa datang dan hadiri.... !
Acara: Hari Hijaber Nasional, Pada :
Tanggal: 07 Agustus 2016 – 08 Agustus 2016
Tempat: Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat