Holla...
Akhirnya, saya bisa menyapa kembali teman-teman semuanya. Duh,
senangnya...*bersihin sarang laba-laba di blog*
Tak tau saya harus nulis
darimana. Bagusnya darimana ya? Dari Sabang sampai Merauke aja kali, ya?
Kata orang-orang bijaksana dan bijaksini,
Hidup itu pilihan. Iya, semuanya harus dipilih. Termasuk pilihan memilih untuk
tidak memilih, mungkin karena saking banyaknya pilihan, jadi binggung apa yang
harus dipilih.
Ingat, ya...ini gak ada
hubungannya dengan pemilihan presiden bulan depan. Karena, saya sudah memutuskan untuk memilih, kamuu #uhuukk
Oke, kembali kepada pilihan
*Muter lagu syahrini feat Anang* ( Jangan
memilih akyu...bila tak sanggup setiaaa.....aaa.....)
Alkasih, eh alkisah pada suatu
hari. Tapi saya lupa hari itu hari apa. Saat itu saya terburu-buru, walupun
sebenarnya ga ada yang memburu. Dalam waktu 1,5 jam, saya harus agar segera sampai di kantor pos terdekat untuk membayar tiket pesawat, kalau tidak segera
dibayarkan, tiket tersebut akan hangus. Motor pun tak ada di rumah dan emang
saya ga bisa bawa motor juga. Hahaha...ciyan deh gue...-__-
Saya pun memutuskan untuk
menggunakan angdes (Angkutan Desa), saat itu emang saya lagi di kampung. You know lah, ya..angdes tak sebanyak
angkot yang ada di Kota Padang, yang bisa lewat tiap menit dan bisa memilih mau
naik yang mana. Kalau di kampung, butuh kesabaran lebih untuk menunggu angdes
lewat.
Sesampai di kantor pos, ternyata
kantor pos terdekat belum bisa online
untuk melakukan pembayaran tiket pesawat. Alaamaak...*tepuk jidat tetangga*.
Waktu masih tersisa lebih kurang 1 jam lagi untuk melakukan pembayaran dari
waktu pemesanan.
Bener-bener the power of kepepet. Secepat mungkin saya langsung meninggalkan
kantor pos tersebut dan segera menunggu angdes menuju kantor pos pusat
kecamatan. Tanpa perlu pikir panjang, saya langsung menaikki angdes yang lewat
pada saat itu, dan mengantarkan saya sampai di tujuan.
Berhubung penumpangnya sedikit,
angdes yang saya tumpangi berjalan dengan sangat lambat, sekalian menyari
penumpang sih. Saya yang buru-buru, rasanya pengen nyium bapak sopir
biar jalannya ngebut. Saya terus memperhatikan detak jarum jam, jangan sampai berhenti berputar. Lha?
Di tengah perjalanannya, angdes
yang saya tumpangi disalip oleh angdes yang di belakang dan melaju dengan
kencang. Uhfff...*tarik napas dalam-dalam*. Saya langsung menyalahkan diri
sendiri sambil ngedumel dalam hati.
Iiih...Kenapa saya gak cukup sabar menunggu angdes yang tadi....udah
bagus, ngebut lagi...!
Kalau naik angdes tadi, pasti saya akan lebih cepat sampai....!
Saya hanya bisa garuk-garuk muka sendiri dan terus berharap angdes ini berjalan lebih cepat. Kalau sudah
begini, saya hanya berdamai dengan apa yang saya pilih.
Jarak kantor pos cabang dengan
kantor pos pusat sekitar 7 KM, kalau di tempuh dengan menggunakan kendaraan
pribadi, bisa cepat sampai. Tapi apa daya, saya tak punya jet pribadi...huhuhu
Dan ternyata...ternyata...saat
saya melewati Pom Bensin, angdes yang telah menyalip angdes yang saya tumpangi
lagi ngantri di pom bensin. Saya hanya bisa bersyukur dan tersenyum lega dan
bergumam dalam hati...
andai saya naik angdes yang ngebut tadi, pasti saya belum tentu sampai
tepat waktu.....
Lagi...lagi...Saya hanya bisa tersenyum lega
dan bersyukur sekali pada menit-menit terakhir saya bisa melakukan pembayaran tiket tersebut.
Pilihan emang selalu membuat
binggung, yang bisa dilakukan adalah yakin atas pilihan yang telah dipilih.
Percayalah setiap pilihan ada kuasa Tuhan di dalamnnya. Tsaah *sok bijaksana
dan bijaksini*.
Sekian dan aura kasih...:D