Setiap gunung yang didaki, plus
bikin badan banyak daki, selalu ada saja cerita yang berbeda yang bikin saya ketawa-ketiwi sendiri. Idih..Yura gila ya, sekarang??
Saya mulai tertarik dan diajarkan plus diracuni mendaki
gunung, sekitar tahun 2009. Itu karena dekat ama teman yang anggota Mapala di kampus
saya. Kalau saat itu saya dekat dan mainnya ama Nikita Willy, bisa jadi saya
sekarang sudah aktris kejar tayang dalam sinetron sandal jepit yang tertukar. Kalau
saja saya dekat ama annisa chibi, bisa jadi sekarang saya sudah jadi member
AKB48 *eh?* (Yura mulai ngawur..Yura mulai ngawur..)
Namanya juga jalan-jalan ke
gunung, jadi banyak hal tak terduga yang bisa terjadi diluar kendali kita.
Waktu pendakian pertama, saya
dengan teman-teman yang lainnya mencoba mendaki gunung Marapi. Hal yang tak
terlupakan buat saya, ketika saya dan Mia berdua dalam satu sleeping bag. Saat itu, teman saya Hendra,
lupa membawa sleeping bag, dan kita
takut hendra kedinginan dan bisa-bisa ia kena hipotermia. Saat itu lah
kepedulian kita teruji. Apa kita tega melihat teman seperjuangan dan teman
sama-sama mendaki dari bawah, merasa kedinginan. Berhubung, badan saya kerempeng kayak
tangkai sapu, dan Mia badannya imut kayak marmut (piss mia \/). Jadi, kita
memutuskan untuk satu berdua dalam sleeping
bag. Ternyata perjuangan masuk ke dalam sleeping
bag bener-bener ruaarrr biasaaa. Walaupun badan kita sama-sama imut, tetapi
tak semudah itu untuk menutup resleting. Jika sobat pernah berusaha menutup
reseleting tas yang isinya sudah sangat padat sekali, seperti itulah perjuangan Hendra untuk menutup resleting sleeping
bag kita. Karena saking romantisnya saya dengan Mia ( romantis apa
kesempitan tu jeng?), ujung-ujungnya kita kepanasan kayak jagung rebus. Kepanasan
cyiinn...AC mana AC..
Kita tinggalin cerita diatas,
lain lagi ceritanya waktu saya mendaki Gunung Singgalang. Penasaran ya? Sama,
saya juga penasaran. Saya harus mencoba minum air putih yang dicampur dengan
minyak kayu putih. Kebayang gak gimana rasanya?? Kalau penasaran coba
aja..hehe. Saat itu, Bang Anto tengah malam sakit mual-mual plus muntah-muntah.
Padahal ia kelihatan baik-baik saja dari awal dan semangat kali pas nanjak.
Bukan kayak saya, yang keseringan kecapekan. Kebetulan, cewek yang ikut hanya ada
saya dan Kak Yandhi, jadi kita harus rela bangun tengah malam untuk memasak air
panas. Ngeliat Bang Anto mirip bumil yang terus mual-mual, saya sudah rela kalau
gagal ke puncak untuk besok paginya. Hikss. Tapi, saya masih berharap bisa
muncak besok pagi.hehe.
Daripada mual-mual terus, Kak Yandhi
menyarankan mencoba minum air yang dicampur sama minyak kayu putih. Apaa??.
Berdasarkan pengalaman Kak Yandhi, ini pernah dilakukannya dan tidak ada efek
samping. Kita pun berusaha membujuk Bang Anto untuk minum air ramuan ala Kak
Yandhi. Bang Anto menolak. Kita kan takut Bang anto kenapa-kenapa, di atas
gunung ini gak ada klinik bersalin ( emang ente mau ngapain, Yura??). Untuk
meyakinkan Bang Anto, terpaksa kita bergilir mencoba meminum air kayu putih.
Ondeh mandeh. Jauh-jauh ke gunung hanya untuk minum seteguk air berasa minyak
kayu putih. Sedikit lebih baik, sih, daripada minum air sambil terbayang wajah
mantan. Nah lho?? ( Mantan majikan, ya, Yura?)
Setelah, kita berdua meminum air tersebut dan
tidak kejang-kejang, baru lah Bang Anto mau meminum air tersebut. Oalaah..buat
anak kok coba-coba. Keesokan paginya, Bang Anto sudah oke lagi, akhrinya kita bisa muncak juga..Horraiii...
(Yang mau coba ramuan ini, silahkan, harus dibawah bimbingan orang tua, ya..)
(Yang mau coba ramuan ini, silahkan, harus dibawah bimbingan orang tua, ya..)
Marapi udah, singgalang juga
udah. Lain lagi cerita waktu ke Gunung Kerinci. Padahal tenda ada 3 buah dan
sudah dibagi-bagi tiap tenda 3 orang. Karena badainya yang super dahsyat. Kita
langsung menyerbu tenda Bang Jamie. Tenda yang isi maksimalnya 5 orang,
dimuat-muatin jadi 6 orang. Kalau orangnya mirip kurcaci bisa muat kurcaci
sekampung.
Dalam tenda berasa mirip ikan
sarden. Bergerak aja susah, apalagi salto dan guling-guling. (Helloo..kalau mau
guling pindah aja ke lapangan bola Neng!!).
Ya begitu lah kalau naik gunung,
ada-ada saja hal yang membuat perjalanan makin berkesan dan tak
terlupakan.Tsaah.
Kalau begitu, nanjak kemana lagi kita ne?? ;)