Selalu ada untuk yang pertama ….
Ternyata dalam hidup kita akan
selalu mengalami hal/pengalaman pertama. Mulai dari saat kita bayi mungkin bisa
sampai tua nanti, kita akan menemukan dan menjalani hal pertama.
Saat kita menjadi anak-anak, banyak
pengalaman pertama yang kita jalani. Pertama kita bisa ngoceh, pertama bisa bicara,
bisa telungkup, bisa merangkak, berjalan, berlari, makan, dan masih banyak
lainnya dan pertama naksir kamu, iya, kamu...
Saat kita beranjak remaja kita menjalani hal
yang pertama juga, pertama masuk sekolah, pertama pake baju sekolah, Pertama
naik sepeda, pertama tidak buat PR, dan masih banyak lagi lainnya bahkan sampai
pengalaman bagaimana pertama bekerja, menjadi istri, menjadi ibu, sampai
menjadi nenek.
Dalam menghadapi yang pertama,
setiap orang menghadapinya berbeda-beda, tak terkecuali saya. Saat pertama masuk TK, saya diliputi dengan
ketakutan. Saat ditinggal di sekolah, saya menangis melihat nenek pulang. Saat
itu saya merasa dunia seolah mau membunuh saya, dunia itu kejam, dan tak ada
orang yang mengerti saya sebaik saya mengerti diri saya sendri. Tsaaah
Saat masuk ke SD, ketakutan yang
berlebihan sudah mulai berkurang. Tidak se-Ekstrim saat masuk TK. Saya lebih sedikit
siap, walaupun ketakutan itu masih ada. Karena kita berada di lingkungan yang
baru, suasana baru, teman-teman baru,
guru-guru baru. Ketakutan yang saya rasa lebih kepada bagaimana lingkungan yang
baru itu bersikap kepada saya. Ketika masa bersekolah di SD, banyak juga saya
mengalami pengalaman pertama. Misalnya pertama kali baca puisi di depan kelas,
pertama kali jadi pengibar bendera, pertama kali ikut lomba, dan masih banyak lagi lainnya ...
Saat berada di SMP. Saya kembali
mengalami hal yang pertama. Pertama sekolah jauh dari keluarga dalam waktu yang
cukup lama, pertama tinggal di asrama, pertama kultum di depan teman-teman dan
kakak kelas, dan masih banyak hal pertama yang dialami.
Tak terkecuali juga saat saya memasuki
masa-masa SLTA dan kuliah, dan magang.
Ketakutan-ketakutan akan
menjalani yang pertama selalu muncul. Kadang ketakutan itu tak selalu sama
dengan kenyataan. Ketakutan saja yang muncul berlebihan, yang kadang membuat
takut dan keraguan berkumpul menjadi satu. Membuat saya sulit berfikir dan
memikirkan hal-hal yang baik dan menyenangkan.
Saat saya duduk di bangku SD,
membayangkan memasuki bangku SMP itu sedikit mengerikan. Apalagi mendengar
pengalaman kakak kelas yang sudah duduk di bangku SMP. Bagaimana pengalaman
saat mengikuti MOS, bertemu dengan senior yang galak dan suka marah-marah,
bertemu guru yang nyebelin, banyak tugas yang membuat waktu bermain jadi
berkurang. Oh noo….
Begitu juga saat menginjak bangku
selanjutnya … yang ketakutannya tidak jauh berbeda.
Jika saya mengingat pengalaman
yang lampau dengan segala ketakutan yang muncul, sekarang saya bisa bersyukur
dan sedikit bisa menertawakan diri sendiri. sekarang semua ketakutan saya itu
terlihat konyol dan tidak masuk di akal. Mungkin saat itu akal saya belum cukup
umur kali, ya? Eh?
“Kenapa saya bisa menangis saat ditinggal nenek pulang saat TK?”
Toh, saya akan dijemput lagi dan kembali pulang ke rumah
“Kenapa saya ngumpet di bawah meja saat diminta menjadi pengibar
bendera?” Akhirnya, saya tidak takut lagi untuk melakukan untuk ke dua kali
dan seterusnya…
“ Kenapa saya bisa menangis dan mengatakan Mama tidak menyayangi saya?saat
beliau mengantarkan saya bersekolah jauh dari keluarga dan sulit bertemu dalam
waktu yang cukup lama”. Padahal, semua itu membuat saya lebih berani, mandiri
dan tetap waras dalam menyelesaikan persoalan yang saya alami.
“ kenapa saya begitu takut sekali saat pertama kali naik bus dan
membuat saya tidak bisa tidur selama di perjalanan?” Toh, sekarang saya
lebih bisa menikmati perjalanan jarak selama di bus.
“ kenapa saya bisa takut sekali saat diminta berbicara di depan kelas?” Dan,
sekarang saya lebih bisa menikmati berbicara banyak di depan umum. Walaupun
grogi pasti tetap ada. Hehe
Ya, masih banyak sebenarnya hal
pertama yang saya lewati, dan saya berbahagia
bisa melewatinya. Dan bisa mengatakan “ ternyata saya bisa melewatinya
juga, ternyata tak seburuk yang dibayangkan”.
Dari semua ketakutan yang saya
jalani, saya cukup banyak belajar. Belajar menjadi lebih baik lagi, tetap terus
belajar, dan terus memperbaiki kekurangan. Jika pengalaman pertama kurang baik
dan banyak kesalahan, pada kesempatan berikutnya kesalahan itu tidak terulang
lagi. Cukup satu kali jatah berbuat salah, jangan lakukan untuk kedua kalinya.
Teruslah memperbaiki diri. Jangan seperti Keledai mau jatuh ke dua kalinya ke
lubang yang sama. Kalau jatuh ke hati yang sama untuk kedua kalinya, adek mau kok Bang …. Hadeeehh…
Akhirnya, saya menyadari bahwa
ketakutan akan sesuatu yang akan datang dan masih di depan mata, tidak perlu
terlalu didramatisir dan saya berubah menjadi “drama quen” . itu hanya membuat saya jalan di tempat dan tidak
melakukan apa-apa. Bukankah alam semesta ini terus bergerak? Kenapa memilih
diam ?
Tak seharusnya saya memikirkan
sesuatu yang masih menjadi rahasia. Segala ketakutan itu tidak terlalu penting,
jika saya lebih banyak fokus untuk memperbaiki segala kekurangan. Dan menjadi
lebih baik dari waktu ke waktu. Semoga. Aamiin.
Hiduplah untuk hari ini,
persiapkanlah untuk hari esok yang lebih baik. Horassss…. salam kuper ...